Senin, Juni 11, 2012

Ariel-Uki-Lukman-Reza-David - Suara Lainnya




Setelah kasus Ariel yang akhirnya menyeret sang vokalis band besar bernama Peterpan kedalam LP Kebon Waru di Bandung, praktis kegiatan Peterpan tak terdengar lagi. Diantara band-band pop yang akhirnya menciptakan mainstream baru, saya termasuk menyukai karya-karya dari teman-teman Peterpan ini, secara musikal dan lirikal tentunya. Oleh karena itu ketika saya mendengar akhirnya Musica memutuskan untuk merilis album dari band yang kini tidak bisa lagi menggunakan nama Peterpan ini saya langsung memburunya karena penasaran.

Saya sudah mendengar bahwa mereka akan membawakan karya-karya mereka mostly dalam instrumental kecuali dua lagi yang dibawakan oleh Momo Geisha (Cobalah Mengerti) dan Dara, lagu baru ciptaan Ariel yang tentunya vokalnya pun diisi oleh Ariel. Ekspektasi saya tentunya bisa mendapatkan orkestrasi megah  yang membalut jiwa setiap lagu-lagu mereka karena lagu-lagu dari Peterpan memang memiliki potensi untuk itu.Namun ternyata yang saya dapatkan pada album Suara Lainnya yang dibawakan oleh ex-Peterpan yg menyebut diri mereka dengan nama mereka masing-masing Ariel-Uki-Lukman-Reza-David justru lagu-lagu Peterpan bernuansa elevator music.

Bagi saya seharusnya bila sebuah lagu diaransemen ulang lalu ditambah dengen elemen orkestrasi seharusnya bisa lebih ekspresif, dan ekspresi-ekspresi ini yang tidak saya dapatkan. Reza, sang drummer bermain terlalu aman, padahal dalam beberapa lagu ia memiliki kesempatan untuk itu. Demikian juga Uki, eksplorasi gitarnya kurang lepas, padahal pada aransemen baru sudah selayaknya mereka menyampaikan sesuatu yang lebih segar.

Faktor lainnya lagi adalah tempelan-tempelan etnis dengan menyisipkan instrumen tradisional pada dua lagu (Sahabat & Di Belakangku) kalah kuat oleh keseluruhan instrumentasi dalam orkestrasi mereka, sehingga alih-alih memperkaya tapi instrumen-instrumen tersebut terasa "mengganggu".

Dua lagu yang ya lumayan lah untuk bisa dinikmati adalah Di Belakangku dengan catatan instrumen tradisionalnya sebaiknya dibuang saja karena tabrakan dengan tema orkestrasi ala gregorian nya dan satu lagi adalah lagu ciptaan Ariel pada saat masih di LP Kebon Waru yang berjudul Dara, jiwa Peterpan nya terasa muncul kembali, sound drumnya lebih raw.

Diluar lagu-lagu yang mereka bawakan, saya cukup salut dengan usaha mereka tetap mempertahankan keutuhan band mereka walaupun tidak bernama Peterpan dan tidak dihadiri oleh sang vokalis karismatik mereka. Mereka tetap  berusaha untuk berkarya. Ada band Inggris yang juga saya kagumi karena kekuatan kesetiakawanan mereka yang luar biasa, yaitu Def Leppard. Saya tidak berusaha membandingkan kedua band ini ya, tapi memang saya selalu salut dengan band yang bisa bertahan karena rasa kesetiakawanannya. Terlepas dari kualitas bermusik mereka tentunya :-)

Minggu, Juli 31, 2011

First Dream Theater's Song with Mike Mangini (video)

Banyak yang menyangka Dream Theater akan mengalami masa-masa sulit ketika pada tahun 2010 Mike Portnoy memutuskan untuk meninggalkan grup band yang dibentuknya bersama teman-teman satu sekolahnya dulu di Berklee College of Music di Massachusetts. Setelah Dream Theater mendapatkan Mike Mangini sebagai drummer tetap mereka setelah kepergian Mike Portnoy, banyak yang penasaran, apakah Mike Mangini bisa menyamai kemampuan Mike Portnoy yang memang sudah terbukti kepiawaiannya di Dream Theater. Akhirnya setelah Dream Theater memutuskan untuk merilis album kesebelas mereka (dengan Mike Mangini sebagai drummer baru mereka) yang berjudul A Dramatic Turn of Events, maka kita bisa mendengarkan permainan Mike Mangini pada single yang mereka rilis di YouTube ini yang berjudul On The Backs of Angels. Enjoy and tell me what do you think? :-)

Selasa, Desember 22, 2009

Berkelana Di atas Gelombang Estetika (album "...Laju" - Bonita)



Mendengarkan album "...Laju" dari Bonita ini seperti menjelajah negeri dongeng yang terpendam dalam setiap sanubari umat manusia. Hampir semua lagu-lagu yang diciptakan, dipilih dan dibawakan oleh Bonita pada album ini berpotensi membuat kita semua melamun dan terbang.

Mendengarkan album "...Laju" dari Bonita ini membuat kita kembali disadarkan bahwa sebuah karya musik tidak lah perlu harus hingar bingar dan jor-joran untuk mendapatkan sebuah impact yang kuat. Kesederhanaan eksekusi pada tiap-tiap lagu membuat lagu-lagu dalam album ini menjadi mencuat kepermukaan sehingga masing-masing bisa jadi sebuah nomor yang memiliki independensi di telinga kita semua.

Album ini benar-benar seperti sebuah papan selancar yang digunakan oleh Bonita untuk menjelajahi gelombang estetika bermusik mereka. Kenapa saya sebut mereka? karena tanpa kehadiran musisi-musisi dan produser yang bisa bersinergi dengan Bonita maka akan sangat sulit mencapai tingkatan seperti ini. Di gawangi oleh Yuka Dian Narendra dan juga sang suami Adoy (P.B. Adi), bisa disebut Bonita ada dalam jalur yang tepat untuk mengekspresikan karya-karyanya.

Lagu yang berjudul "Rumahku" karya Bonita & Boris Simandjuntak (gitaris dari Flower) membuka album ini. Semburat kesederhanaan dan masa kecil menyeruak dalam komposisi ini. Sebuah sambutan yang menyenangkan. Dan lucunya album ini juga diakhiri oleh sebuah lagu yang bernuansa kanak-kanak yang berjudul "Jatuh Cinta", sebuah representasi jatuh cinta ala Bonita? well we should ask Bonita for this.

Selain lagu "Komidi Putar" yang juga dipakai untuk film Sang Pemimpi (MiLes), coba simak lagu "Telur" dan "Pengulangan" cukup membuat saya kembali mengulang beberapa kali untuk menyimak lagu-lagu yang menarik ini. Seperti memperhatikan seorang anak yang sedang bergumam asik dengan dunianya, dan karena anak ini adalah Bonita, maka jadilah lagu-lagu ini seperti yang kita dengarkan.

Kedalaman lirik yang puitis juga sebuah nilai yang buat saya tidak bisa diindahkan. Kebanyakan lirik dibuat oleh Bonita sendiri dan didapatnya dari kontemplasi dalam diri selama perjalanan hidupnya. Simak lagu "Dendangku":

ketika cinta berbalik
membunuhmu
maukah kau mati ditangannya
hidup dengan benci yang mendalam
meraungkan pilu yang
menyayat hati


Pada lagu ini Bonita seperti menyuarakan sebuah aftermath dari peristiwa yang telah terjadi dalam hidupnya.
Pada lagu "Mellow", Bonita mencoba menggambarkan bagaimana ia menikmati suasana "mellow" yang bagi sebagian orang adalah sebuah suasana muram.

Tema bersyukur banyak digunakan oleh Bonita, yang saya duga mungkin memang dengan album ini Bonita mencoba mengekspresikan perasaan bersyukurnya atas hidup yang telah ia lalui selama ini. Dan salah satu lagu yang menurut saya berhasil merefleksikan rasa syukur seorang Bonita adalah pada lagu "It's Over Now"

Satu hal yang agak mengganggu dalam album ini adalah cover CD. Saya mengagumi artwork yang digunakan pada album ini. Ilustrasinya boleh dibilang sangat menarik dan pas, tapi pemilihan warna dan type membuat kita agak kesulitan untuk membaca judul-judul lagu di bagian belakang cover CD tersebut. Pemilihan warna background (dark pink) dan tulisan (hitam) pada ukuran fonts sekecil itu pun jadi menyulitkan untuk dibaca pada bagian Ucapan Terimakasih. Ya secara artistik keseluruhan memang menarik tapi secara desain masalahnya ya itu tadi.

Over all, saya merekomendasikan album "...Laju" dari Bonita ini untuk disimak, terutama bagi yang ingin merasakan berkelana di atas gelombang estetika musik ala Bonita.

Tracklist:
  1. Rumahku
  2. Komidi Putar
  3. Telur
  4. Pengulangan
  5. Dendangku
  6. Bangun
  7. Hari Ini
  8. Pena
  9. Mellow
  10. Ari
  11. Tinggal
  12. Kelana Bersama
  13. You Cheer Me Up
  14. It's Over Now
  15. Reprise
  16. Jatuh Cinta

Jumat, Desember 11, 2009

Darah Baru Javajazz 2009




Menyaksikan konser tunggal Javajazz dengan formasi baru tanpa mendengarkan album mereka terlebih dahulu menjadi tantangan tersendiri buat saya. Mengapa tidak? Sekitar 11 tahun yang lalu saya menonton konser mereka dan saat itu pun musik mereka sudah membuat saya terpukau. Dan pada tanggal 10 untuk pertama kalinya semenjak konser terakhir mereka, Javajazz kembali tampil, dan tidak hanya itu. Kita tahu alm. Embong Rahardjo sudah meninggal beberapa saat yang lalu, dan saat ini kali pertama juga Javajazz tampil tanpa alm. mas Embong Rahardjo. Bisa dibayangkan kenapa saya deg-degan, diantara ekspektasi dan tanda tanya berkaitan dengan seperti apa musik Javajazz formasi baru pada saat mereka tampil.

Seperti kita ketahui, formasi baru Javajazz yang tampil pada konser tunggal yang sekaligus menandai diluncurkannya album baru mereka yang berjudul "Joy Joy Joy", bukanlah formasi yang benar-benar baru, tapi lebih pada formasi pertama mereka plus digantikannya posisi alm. mas Embong Rahardjo (sax & flute) dengan Dewa Budjana (gitar) yang juga anggota Javajazz formasi kedua, dimana pada saat itu (1993), formasi mereka hampir seluruhnya baru kecuali Indra Lesmana dan mas Embong (gitar: Budjana, drum: Cendy Luntungan, perkusi: Ron Reeves).

Banyak yang menyangka hadirnya Budjana pada formasi terakhir Javajazz ini untuk menggantikan alm. mas Embong, tapi buat saya memang tidak ada yang bisa menggantikan keberadaan alm. mas Embong, dan memang itu pula yang saya dapati pada konser malam itu. Kembalinya Budjana tidak dipungkiri memberikan darah baru dan warna tersendiri, dan ini menjadikan Javajazz seperti dilahirkan kembali dengan penampilan dan warna baru.
Dewa Budjana & Donny Suhendro
Dewa Budjana & Donny Suhendro
Memiliki dua gitaris dalam satu band merupakan suatu hal yang biasa, tapi memiliki seorang Dewa Budjana dan Donny Suhendra dalam satu band itu menurut saya adalah hal yang luar biasa. Mengapa tidak? Memiliki dua gitaris sekaliber mereka berdua diatas yang sama-sama memiliki kemampuan diatas rata-rata tentu bukanlah hal yang mudah, apalagi kedua gitaris ini punya karakter bermusik dan jenis pilihan sound mereka sendiri. Namun justru dengan kematangan bermusik yang mereka miliki, mereka berhasil meramu dan membagi porsi masing-masing dalam tiap-tiap lagu tanpa saling "memakan". Pendekatan progresif Budjana dengan sound gitar yang rough dan cenderung rock kontemporer ditunjukkan dalam lagu yang berjudul "Border Line" dan "Java's Weather" serta Budjana juga memainkan Banjo pada beberapa nomer seperti pada "Exit Permit". Budjana sangat menonjol pada kebanyakan lagu-lagu baru yang ditampilkan pada album ini. Sementara Donny dengan ciri fusion nya yang khas sangat ketara pada lagu-lagu yang diambil pada album-album sebelumnya seperti "The Seeker" dan "Bulan di Atas Asia".
Indra Lesmana dengan Breath Controller
Indra Lesmana dengan Breath Controller
Lalu bagaimana peranan alat musik tiup yang pada album-album sebelumnya sangat menonjol dengan adanya alm. mas Embong? Pada porsi ini, Indra Lesmana yang memang selama beberapa tahun terakhir menunjukkan ketertarikan terhadap alat musik Pianika (setidaknya inilah alat baru yang sering digunakan oleh Indra saat di panggung), mencoba mengangkat spirit alm. mas Embong saat beliau masih di Javajazz. Bukan hanya pianika elektronik yang sering ia gunakan tapi juga ia menggunakan breath controller untuk mengatur velocity (kuat tidaknya suara yang keluar) pada keyboardnya. Efek yang didapat ya hampir menyerupai alat musik tiup hanya memang tidak bisa semulus saxophone, karena sangat dibatasi oleh balok-balok keys.
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan
AS Mates
AS Mates
Gilang Ramadhan dan AS Mates bisa disebut sebagai penjaga ritem yang sangat disiplin. Berbeda dengan Cendy Luntungan yang ekspresif, Gilang menunjukkan style bermain yang mengkombinasikan power dan disiplin. Seperti seorang drummer rock dengan pendekatan kontemporer jazz. Sementara Mates juga bermain dalam pagar-pagar chord dengan disiplin. Ya persis seperti Mates yang saya bayangkan.
Indra Lesmana & Dewa Budjana
Indra Lesmana & Dewa Budjana
Javajazz 2009
Javajazz 2009
Secara keseluruhan konser tunggal mereka memang menyuguhkan nafas baru yang menurut saya pribadi cukup menyegarkan, dan sangat saya rekomendasikan unuk di tonton. Satu hal yang agak mengganggu mungkin datang dari sound system yang menurut saya agak kurang seimbang (balance), atau mungkin juga kapasitas speaker yang tidak memadai. Dimana sepertinya suara gitar Budjana terlalu keras sehingga suara yang keluar sering agak pecah. Di beberapa saat suara Banjo Budjana pun sempat hilang-hilang beberapa kali, ya sedikit banyak buat saya cukup mengganggu. Diluar komposisi mereka yang cukup segar tersebut.

Jakarta, 11 Desember 2009

Jumat, Mei 01, 2009

Beth Gibbons creates more “human” music with Rustin Man




This is a song called “Mysteries” from Portishead’s vocalist Beth Gibbons solo album with Paul Webb’s (ex-Talk Talk) band called Rustin Man. So the title in this video should be “Mysteries by Beth Gibbons & Rustin Man”. The album itself called “Out Of Season”

Before I listen to this album, I had a feeling that it should be not far from Portishead-kind-of-music, which is gloomy, dark, electrified. At that time me & my friends called Portishead’s-kind-of-music (whatsocalled by Trip-hop) with “Suicidal music”. Well, it’s not true…I guess Paul Webb with Rustin Man succeed to pull Beth Gibbons from Portishead’s gloomy world by adding “human” element on their composition. What I called by human element is they build their music with more conservative instruments, such as electric/acoustic guitar, upright bass, they using lots of real drums instead of drum machine. Anyway they still using loops, sample and synth in their composition but not as much as Portishead does. And it makes their music much more acceptable yet relaxing.

Unlike when she’s with Portishead, with Rustin Man, Beth Gibbons sing her songs with spirit of surrender to ultimate power up there. Listen to this video and you will know what I mean.

Kamis, Februari 26, 2009

Elex Yo Ben Project – Gending Bejad





























Grup: Elex Yo Ben

Judul: Gending Bejad
Produser: Dionys Dhewanindra & Rhindra Suspa
Label:
Tahun:

Mendengarkan album Gending Bejad dari duo Elex Yo Ben seperti melakukan perjalanan musikal dengan berbagai kacamata kehidupan dan berbagai pakaian genre dari budaya yang beragam.

Elex Yo Ben yang kalau diartikan dalam bahasa Jawa adalah “Jelek Ya Biarin” ini adalah proyek duet kolaborasi dua orang Sutradara/Director muda yang selama ini terbiasa bekerjasama dalam sejumlah proyek music dan film indie.  Mereka adalah  Dionys Dhewanindra (Film and Video Director) dan Rhindra Suspa (Music Director). Dan kolaborasi ini menghasilkan sebuah album musik + video yang diberi tajuk Gending Bejad.

Sedikitnya ada dua poin yang saya bisa dapatkan dari album ajaib ini yaitu ekplorasi musikal yang tidak bisa dibilang sederhana dan penangkapan tema untuk lirik yang tidak lazim, sangat fotografik yang membuat liriknya begitu jujur dan bagi sebagian penikmat terdengar lucu walaupun mereka tidak berniat untuk membuatnya menjadi sesuatu yang lucu (setidaknya ini lah yang saya dapatkan ketika ngobrol dengan mereka). Hampir semua lagu-lagu di album ini liriknya diambil dari peristiwa nyata. Coba simak lagu yang berjudul “My Wife Very Dangerous” yang diambil dari peristiwa nyata dimana sepasang suami istri yang tiap pagi berantem karena berebutan WC. Atau lagu yang berjudul “Perempuan Di Batu Nisan” yang diambil ketika Dion sempat tinggal di sebuah kontrakan di tengah kompleks pemakaman yang ternyata jadi tempat mangkal bencong kuburan.

Bila bicara dari sisi musikalitas, nuansa prog metal & death metal menyelimuti hampir seluruh komposisi lagu mereka dengan sentuhan gending Jawa disana-sini plus gaya menyanyi sinden dan growl. Dan satu lagu yang merepresentasikan semua ini adalah lagu yang berdurasi hampir 8 menit yang berjudul sama dengan judul albumnya, “Gending Bejad”. Banyak kejutan-kejutan yang akan kita dapati ketika menyimak lagu-lagu dari album ini. Terutama penggabungan tema-tema fotografis yang langsung di campur dengan komposisi metal. Mungkin ini lah yang membuat banyak media menganggap EYB adalah band parodi. Coba simak lagu yang berjudul “Saat Ku Brutal” dari judulnya dan jenis musiknya kita tidak akan menyangka bahwa liriknya Dion bercerita tentang keinginannya membuat sambal saat ia sedang brutal (marah?), lalu selanjutnya ia memaparkan cara-cara membuat sambal yang membuatnya tidak brutal lagi. Hehehehe…pasti anda mengerti apa yang saya maksud dengan fotografis kan, yaitu pemaparan yang sangat jelas.

Album Gending Bejad dari Elex Yo Ben ini adalah salah satu album yang akhir ini cukup merebut perhatian saya selain album dari The Bad Plus yang berjudul For All I Care (ini nanti saya buatkan juga resensinya). Terutama disebabkan oleh ekplorasi yang dilakukan oleh duo ini yang membuat saya sangat merekomendasikan album ini untuk anda yang menyukai ekplorasi musikal yang tanpa batas.

Mendengarkan sendiri akan bisa menjadi pengalaman yang bisa membuat teman-teman disini memberikan opini terhadap apa yang saya rasakan ketika mendengarkan lagu-lagu mereka ini. Untuk itu silahkan dengar kan tiga buah sample lagu yang diambil dari album Gending Bejad di bawah ini:

Elex Yo Ben
Playlist:
1. Anak Studio
2. Gending Bejad
3. Love Memang Anjrit
4. My Wife Very Dangerous (Live Acoustic)
5. My Wife Very Dangerous
6. Perangkap Rock & Roll
7. Perempuan Di Batu Nisan
8. Remuk Yo Ben
9. Saat Ku Brutal
10. Si Baju Biru (Hikayat Homo Ereczionizt)
11. The Panu Fans Club

Silahkan kunjungi blog mereka yang ada di http://elexyoben.wordpress.com/ dan juga Myspace mereka yang ada di: http://www.myspace.com/elexyoben

Jumat, Februari 20, 2009

Sampak GusUran Poem Orchestra



Sampak GusUran is a poem orchestra. They call their group as ‘poem orchestra’ because since the beginning they interpret and orchestrated Anis Sholeh Ba’asyin poem into musical composition. This is their way to bring poem more closer to people.

By their ‘poem orchestra’ they wish to voice their concern about social, culture, spiritual, environmental and human problem in our country and also in the world. They not only play music or sing a song, but first of all they try with their own way to sent a message about love, peace, brotherhood and justice; against all destructive, oppressed and dehumanize powers who rules what we called as ‘modern world’. Name ‘sampak’ they took from ‘gamelan’ music rhythm type in Javanesse puppets performance called ‘wayang”, it usually played to accompany war scene on Wayang performance. Medium GusUran, in fact can be read as game form writing from gusuran word, which in Indonesian vocabulary mean ‘peripheral’. Or, can also, Uran word read as plural form of word ‘uro-uro’ or croon in Javanesse vocabulary.

In music, they try more or less dynamic translate and permeate the spirit and also composition of ethnical and tradition music -especially from Indonesia- and cut fine it with new musical mosaic growing in present day.

You can see more of their videos by visiting their Youtube page in here

Jumat, Januari 23, 2009

Here Comes The Flood


This song originally compose & sing by Peter Gabriel. But this musician/singer captured the mood of this song and turn it into one beautiful piece of clip. Below is the original one performed by Peter Gabriel himself…



Ok, now we will sing together…:-) Please find this song’s lyric below then sing 


Here Comes The Flood

When the night shows
the signals grow on radios
All the strange things
they come and go, as early warnings
Stranded starfish have no place to hide
still waiting for the swollen Easter tide
There’s no point in direction we cannot
even choose a side.

I took the old track
the hollow shoulder, across the waters
On the tall cliffs
they were getting older, sons and daughters
The jaded underworld was riding high
Waves of steel hurled metal at the sky
and as the nail sunk in the cloud, the rain
was warm and soaked the crowd.

Lord, here comes the flood
We’ll say goodbye to flesh and blood
If again the seas are silent
in any still alive
It’ll be those who gave their island to survive
Drink up, dreamers, you’re running dry.

When the flood calls
You have no home, you have no walls
In the thunder crash
You’re a thousand minds, within a flash
Don’t be afraid to cry at what you see
The actors gone, there’s only you and me
And if we break before the dawn, they’ll
use up what we used to be.

Lord, here comes the flood
We’ll say goodbye to flesh and blood
If again the seas are silent
in any still alive
It’ll be those who gave their island to survive
Drink up, dreamers, you’re running dry.

[Repeat chorus once]

Minggu, Desember 07, 2008

Musikalisasi Puisi "Angin Pun Berbisik"



Pada hari Jumat tanggal 21 November 2008, saya datang ke sebuah kedai kecil yang biasa disebut "angkringan" di bilangan Kebayoran Baru. Saya datang memenuhi undangan seorang teman untuk ngobrol-ngobrol, lalu tidak lama kemudian muncul dua orang sahabat saya, duo Endah N Rhesa yang kebetulan juga datang memenuhi undangan meeting di kedai yang sama. Mereka memberikan sebuah CD Musikalisasi Puisi "Angin Pun Berbisik" yang beberapa saat lalu saya dengar memang sedang digarap oleh mereka. Karena kesibukan saya, seminggu kemudian saya baru bisa mendengarkan lagu-lagu pada CD tersebut secara utuh. Dan ini lah yang saya dapatkan:

Lagu pertama adalah lagu yang berjudul "Kali Ini Saja" yang liriknya dibuat oleh penyair Zeffa Yurihana. Lagunya sendiri dibawakan secara apik oleh seorang gitaris, komposer muda yang bernama Andre Harihandoyo. Sesuai dengan gaya bermusik Andre yang berkiblat pada musik blues, maka larik-larik puisi dari Zeffa langsung diinterpretasikan ulang oleh petikan-petikan nada blues dari gitar akustik Andre dengan sangat ekspresif dan jernih. Puisinya saja menurut saya sudah "blues" sehingga begitu Andre mendandani "Kali Ini Saja" dengan kord-kord blues maka jadilah lagu tersebut sebuah komposisi blues lengkap yang asik.

Duo Endah N Rhesa yang berperan sebagai salah satu penggagas proyek album ini mendapat kesempatan kedua dalam album ini walaupun mereka hampir ikut serta di proses pembuatan semua lagu pada album ini, tapi lagu kedua pada album ini lah yang mereka berdua ciptakan. Puisi karya penyair Zeffa Yurihana yang berjudul "Pasar" langsung berubah menjadi sebuah selimut hangat di malam yang dingin atau segelas teh es manis di sore yang panas ketika di gubah menjadi sebuah komposisi lagu yang asik dan menghanyutkan. Seperti biasa Endah N Rhesa memainkan lagu ini dengan aransemen khas akustik mereka. Denting gitar Endah disertai olah vokalnya yang tipis diiringi petikan bass Rhesa plus kord-kord bernuansa jazz melengkapi kenyamanan yang didapat pada saat mendengarkan lagu ini.

"Banyak orang bertukar barang 
Sedikit orang bertukar senyum 
Seorang anak ingin membeli senyum 
Tapi tidak ada yang menjual senyum"

Itu potongan lirik yang diambil dari "Pasar". Lucu, witty, plus harmonisasi backing vokal yang sangat soothing.

Pengembaraan musik dalam lirik-lirik puitik belum selesai karena lagu selanjutnya membawa kita pada suasana perjalanan. Kok perjalanan? Simak lagu yang berjudul Jakarta yang didasari oleh puisi milik Siti Atmamiah yang berjudul "Jakarta" dan dibawakan secara apik oleh Christian (Tiket). Komposisi yang diciptakan oleh Christian dan lalu di aransir oleh Rhesa Aditya ini seolah membawa kita seolah sedang melakukan perjalanan. Walaupun isi dari puisi yang mendasari lagu ini adalah mengenai kekecewaan terhadap kota Jakarta yang membuat si penyair merasa kecewa dan perlu meninggalkan Jakarta, tapi aransemen yang dibuat oleh Rhesa menciptakan ambience yang justru positif dan optimis. Simak potongan lirik/puisi lagu "Jakarta" dibawah ini:

"Kutinggalkan engkau 
Sebab 
Langitmu tak lagi biru 
Diaduk asap dan debu 
Aku sudah tak punya waktu 
Untuk menunggu"

Nah anda akan mendapatkan kesan lain jika anda mendengarkan lagunya...:-)

Cinta & kerinduan adalah tema klasik yang tak pernah mati dimakan jaman. Tema ini lah yang paling banyak dipakai pada puisi maupun lirik lagu. Ekspresi kerinduan pada puisi pada puisi milik Siti Atmamiah yang berjudul "Ku Ingin" ini diinterpretasikan ulang dalam bentuk lagu oleh grup yang menamakan diri mereka sebagai Drew. Masih didominasi oleh riff gitar akustik yang ditingkahi oleh snare drum yang diketuk oleh brush stick plus bass gitar fretless yang dimaininkan oleh Rhesa Aditya, membuat lagu yang bersahaja ini jadi punya nyawa yang kuat. Lagu ini punya potensi untuk jadi idola di pasar.

Setiap seniman yang utuh dalam bentuk apapun ia akan selalu punya ciri dalam berkarya. Saya pikir statement ini bisa dilihat pada karya-karya musikalisasi puisi dalam album ini. Salah satu contoh yang kuat selain lagu "Pasar" gubahan Endah N Rhesa adalah lagu yang berjudul "Cemburu" yang didasari oleh puisi karya Irwan Dwi Kustanto yang pencipta dan arranger lagunya adalah Anindyo Baskoro atau lebih dikenal dengan Nino RAN. Ya, ia adalah salah satu personil trio yang sedang naik daun pada saat ini, RAN. Menyambung statement diawal paragraf diatas, kita tentunya tau bagaimana lagu-lagu dari RAN, dan pada lagu yang diciptakan oleh Nino berdasarkan puisinya Irwan ini, ciri RAN tersebut tidak hilang tapi bermetamorfosis dalam bentuk yang jauh lebih bersahaja, dengan balutan musik akustik ala Maxwell yang membuat para pendengar seperti saya merinding mendengarnya. Tentunya peran Raisa, yang bernyanyi bersama Nino tidak mengurangi keindahan lagu ini. Sangat menenangkan, walaupun sebenarnya liriknya menyiratkan kegundahan yang kental.

Pada lagu berikutnya yang berjudul "Luka Seorang lelaki" yang diambil dari puisi berjudul sama milik Irwan Dwi Kustanto. Saya mendengar nafas folk yang muncul pada duet Dody-Riqo dimana mereka juga betindak sebagai arranger dan pencipta lagunya. Gaya bermain gitar dan karakter vokal duo ini yang saya pikir membawa nafas folk yang bukan berarti lagu ini kekurangan nilai estetisnya tapi malah jadi kekuatan sinergi yang lumayan kuat.

Lagu "Sepi" yang diciptakan oleh Endah N Rhesa berdasarkan puisi karya Siti Atmamiah membawa kita ke lorong-lorong sunyi. Illustrasi pembacaan puisi oleh Maudy Koesnaedi dengan latar belakang suara enharmonik dari bass Rhesa terasa sangat dalam. Saya seolah sedang menonton sebuah trailer film yang bercerita tentang kesepian yang mendalam ketika mendengarkan lagu ini, dan saya yakin andapun demikian.

Cornelia Agatha....aktris yang sudah kita kenal berhasil membacakan puisi dengan sangat baik. Adalah puisi milik Irwan Dwi Kustanto yang berjudul "Angin Pun Berbisik" yang ia bawakan dengan penghayatan yang saya mesti acungkan jempol. Peranan Yessi Kristianto & Rhesa Aditya sebagai arranger pun punya andil yang cukup baik. Intro yang kuat lalu mulai masuk ke background ketika Lia mulai membaca puisi membuat ekspresi Lia ketika membacakan puisi jadi semakin kuat.

Lagu "Angin" yang dibawakan oleh Jodhy Yudono yang didasari oleh puisi karya Zeffa Yurihana juga dibawakan dengan gaya folk dari perspektif yang berbeda dibandingkan dengan duo Dody-Riqo. Judhy yang memainkan gitar diiringi oleh Choirul Alhuda yang memainkan violin & viola membawa kita ke suasana alam nan bersahaja. Jangan lupa oleh pembacaan puisi oleh si kecil Yoga Sukma Khalid Nan Agung yang diselipkan pada tengah lagu. Sangat syahdu dan bersahaja.

Album Musikalisasi "Angin Pun Berbisik" ini bisa saya kategorikan sebagai salah satu musikalisasi puisi yang berhasil memadukan dua ranah seni ini menjadi satu kesatuan yang cantik. Dahulu saya sempat terperangah ketika duo Ari & Reda membuat musikalisasi puisi-puisi Sapardi Djoko Damono, nah kali ini kembali saya terperangah ketika mendengarkan album musikalisasi puisi ini. Terima kasih buat semua yang terlibat yang membuat puisi-puisi dalam album ini jadi bisa didengarkan oleh semua orang termasuk saya.

Cerita di balik album ini pun tak kalah menarik dan menyentuh kalau boleh saya bilang demikian. Dari mulai puisi-puisi yang dihadirkan adalah puisi pilihan dari buku antalogi puisi “ANGIN PUN BERBISIK”. Karya Irwan Dwi Kustanto, Siti Atmamiah dan Zeffa. Pak Irwan adalah seorang tuna netra, sedangkan Ibu Siti dan Zeffa adalah istri dan anaknya yang bermata awas sampai dengan tekad menyumbangkan hasil penjualan seluruh CD ini pada 100% pada Yayasan Mitra Netra sebagai pendanaan buku Braille untuk tuna netra. 

CD musikalisasi puisi dapat Anda pesan melalui : Yayasan Mitra Netra (021-7651386) (www.mitranetra.or.id) dan HP nya Endah N Rhesa 08161443431 atau email di endahwidiastuti@yahoo.com

Well, jadi bila kita membeli CD ini selain kita mendapatkan lagu-lagu yang bagus, kitapun beramal.

Jumat, Februari 15, 2008

Suzanne Vega - Beauty & Crime













JUDUL ALBUM: BEAUTY & CRIME
ARTIST: SUZANNE VEGA
LABEL: BLUE NOTE RECORDS
TAHUN: 2007
PRODUSER: JIMMY HOGARTH

Sesuatu yang menarik jika mencermati karya dari singer/songwriter adalah sebuah karya yang kuat dalam ekspresi, terlebih menyeruakkan elemen personal, dan penuh tutur. Musiknya pun tak perlu cerlang cemerlang. Sesuatu yang minimalis kadang lebih maknawi. Ini pula yang masih bisa kita simak setelah mendengarkan album terbaru Suzanne Vega, yang mulai dikenal luas ketika mendendangkan “Luka” di paruh 80-an termasuk pula “Tom’s Diner” yang bercorak a capella.

Walaupun lama tak menggelontorkan karya, ternyata malah menjadikan album Suzanne Vega ini menjadi semacam penawar rindu dengan tema kemanusiaan yang kuat. Setidaknya, di album ini, keperihan akibat serangan teroris di Amerika Serikat pada 11 September masih menggenang seperti pada lagu “Angel’s Doorway”.
Suzanne Vega pun menuliskan lagu tentang tokoh tokoh heroiknya dalam beberapa lagu , seperti pada lagu “Edith Wharton Figurines” yang bercerita tentang novelis Edith Wharton :

See the portrait come to life
See the vanity behind
Cause in the struggle for survival
Love is never blind

Now, olivia lies under anasthesia
Her wit and wonder snuffed
In a routine operation
Her own beauty not enough,

Bahkan Suzanne Vega pun meretas pasangan selebritis yang banyak mengilhami karirnya seperti Frank Sinatra dan Ava Gardner dalam lagu “Frank and Ava” :

He’s so true. she is too. she says
I love you Frank and then they drank
All night. what a fight.
He says it isn’t me you’re thinking of

She’s cool. it makes him cruel
And they needle till the jewels
Go raining down upon the ground
She says its not enough to be in love

Musik yang mengiringi Suzanne Vega memang diniatkan lebih friendly mulai dari folk yang akustik, juga terasa citarasa bossanova.

Di album ini Suzanne Vega dibantu pencabik bass dari atti Smith Group yaitu Tony Shanahan, Martin Slattery pada piano, reeds dan brass section, Graham Hawthorne pada drums, Gerry Leonard pada gitar, Will Malonne pada arransemen orkestra serta produser Jimmy Hogarth yang juga memainkan gitar dan perkusi.

Suzanne Vega disini masih terampil memainkan emosi pendengar lewat terang-redupnya aransemen musik, tanpa membuat kuping penyimaknya seolah tersiksa. Di akhir album Suzanne Vega dengan balutan gitar akustik mencoba menapak tilasi kejadian traumatik bangsa Amerika “11 September” dalam lagu bertajuk “Anniversary” :

Mark the month and all its anniversaries
Put away the draft of all your eulogies
Clear the way for all your private memories
As they meet you on each corner
Meet you on every street.

Make the time for all your possibilities.
They live on every street.

TRACKLIST

1. ZEPHYR & I
2. LUDLOW STREET
3. NEW YORK IS A WOMAN
4. PORNOGRAPHER’S DREAM
5. FRANK & AVA
6. EDITH WHARTON’S FIGURINES
7. BOUND
8. UNBOUND
9. AS YOU ARE NOW
10. ANGEL’S DOORWAY
11. ANNIVERSARY

DENNY SAKRIE
0818417357

Vox - Pada Awalnya













JUDUL ALBUM: PADA AWALNYA
ARTIS: VOX
LABEL: AKSARA RECORDS
TAHUN: 2007
PRODUSER: DAVID TARIGAN & JOSEPH SUDIRO

Haa……? Saya beberapa kali mengusap kuping saya seolah tak percaya ketika menyimak track pertama dari album debut grup Vox asal Surabaya bertajuk “Pada Awalnya”.Dari intro yang diawali ketukan drum,lalu gitar telah membawa saya ke sebuah era masa lampau……tepatnya 60-an. Ya betul apalagi intro lagu ini betul-betul memorable yaitu “Wouldn’t It Be Nice” The Beach Boys dari album masterpiece-nya “Pet Sounds”.

Hmmmm…….kemanakah citarasa musik yang akan dibawa kelompok yang digawangi Josep Sudiro (bas,vokal), Donnie Setiohandono (piano, Rhodes, Harmmond, vokal), Vega Antares Setianegra (gitar elektrik, akustik, vokal) dan Gabriel Mayo Riberu (drums, vokal) ini?. Tampaknya mereka tengah silau dengan wabah musik pop era 60-an yang kadung disebut “sunshine pop” atau “power pop” dan lain sebagainya. Musik Beat memang tengah melanda dunia. Beach Boys sendiri mengaku terpengaruh The Beatles. Dan Vox bahkan mencoba menyelusupkan pula arwah The Beatles dalam komposisi lagunya yang berjumlah 11.

Keempat pemusik Vox memang punya tugas berat. Karena mereka pun menyanyi. Harus membagi harmoni vokal yang telah ditata Donnie Setiohandono.

Pada lagu “Oh Well” dengan cerdik Vox kembali menyulam aura lagu “God Only Knows” nya The Beach Boys. Permainan slide gitar Vega di lagu ini justeru mengingatkan kita pada karakteristik George Harrison dari The Beatles. Lalu di bagian koda pendengar diberi ilusi seolah terjebak deja vu aura “All You Need Is Love” nya The Beatles dengan tumpukan bebunyian brass section yang dimainkan Indra Aziz, Ijo dan Teguh. Dan mendadak kita pun bisa mengingat aura Paul McCartney pada lagu “My Baby Blue”. Apalagi ditambah arransemen brass section yang dibuat Ramondo Gascaro dari grup Sore yang mau gak mau mengingatkan saya pada “Getting Better” The Beatles (Sgt Pepper’s Lonely Heart’s Club Band). Atmosfer serupa pun tersimak pada lagu “Menjadi Dewasa” dan “Apapun Itu”.

Vox tampaknya berupaya keras pula untuk membuat lirik yang tak dangkal.Sepintas mereka lebih banyak menomosatukan ekspresi.Liriknya singkat tapi padat makna.
Simak ketika vox bercerita tentang persahabatan dalam lagu “Ingatkah Pertama” :

Ingatkah pertama kau terhenti
Dan berjanji untuk mencoba kembali
Ingatkah pertama kau menyerah
Hingga saat terakhir kau hembuskan nafas

Dan simak bagaimana vox mengungkapkan kota kelahirannya Surabaya dalam “Surabaya # 1″

walkin’ down the river, walkin’ down the river
I was born when the moon was gone
kissed the sky of Surabaya’s sunshine
I got my blues right below my shoes
it just the life that I cannot choose
I rest my soul in the rock and roll
I am the son of our traffic sounds

Jika jenuh dengan berkelebatnya band-band yang tipikal belakangan ini, Vox layak disimak.

TRACKLIST

1. PADA AWALNYA
2. GOING DOWN
3. OH WELL
4. MY BABY BLUE
5. AK.SA.RA.
6. PAGI
7. INGATKAH PERTAMA
8. MENJADI DEWASA
9. APAPUN ITU
10. DEAR LORD
11. SURABAYA # 1

DENNY SAKRIE
0818417357

Ozzy Osbourne - Black Rain













JUDUL ALBUM: BLACK RAIN
ARTIS: OZZY OSBOURNE
LABEL: EPIC
TAHUN: 2007
PRODUSER: KEVIN CHURKO

Sang Pangeran dari Kegelapan datang lagi lewat album teranyarnya “Black Rain”. Ini merupakan album solo Ozzy yang ke 9. Masih ada gitaris Zakk Wylde dengan kapak nya.Tapi apakah keduanya masih menyimpan kesaktian metal mandraguna ?. Hmmm……secara keseluruhan album ini memang terasa lembek dibanding persona Ozzy Osbourne yang telah dikhatami para penggemarnya sejak era Black Sabbath maupun era solonya sejak dasawarsa 80-an yang berlumur keras dan pekat. Jika sudah begini, biasanya sumpah serapah pun menyembur. Kambing hitam pun dicari cari.

Apakah bijaksana menghukum Kevin Churko sebagai produser yang membuat image dan sosok Ozzy jadi sedemikian kuyu ? Lalu siapakah Kevin Churko ini ? Well, dia ini memiliki curriculum vitae yang jamak untuk sederet produksi musik pop, mulai dari Michael Bolton, Britney Spears (Ooops !), Shania Twain hingga Celine Dion dengan kapasitas sebagai penata suara,editor hingga produser.Sebetulnya Mr Churko ini pernah pula menangani album “Undercover” nya Ozzy Osbourne. Walhasil yang terekam dalam album ini adalah sosok Ozzy Osbourne dalam tayangan reality shownya “The Osbourne” yang bercitarasa kekeluargaan.

Kekhawatiran bergesernya citra Osbourne memang mulai ditelisik ketika Ozzy berduet dengan Kelly puterinya lewat ballada klasik-nya Black Sabbath “Changes” atau ketika mengcover disko klasiknya Bee Gees “Staying Alive” dalam boxset “Prince Of Darkness” (Epic,2005). Namun Ozzy toh masih menyisakan kejayaan masa lalu lewat lagu “Black Rain” yang liriknya mengingatkan kita pada kegundahan dan kegeraman Ozzy terhadap perang pada lagu “War Pig”. Simak lirik “Black Rain” ini :

War, killing sons and daughters,
Another failed attack, there is no turning back.
Blood, running down like water.
You’ll think you got away,
Until the judgment day comes.

Rasanya kita harus menyilangkan dada jika Ozzy Osbourne di album ini kemampuan vokalnya pun telah menurun. Ingat dia kini berusia 60 tahun! . Tapi atmosfer kedigdayaannya masih terasa dalam kunci yang rendah dibanding dahulu. Mungkin kini lagu seperti “Here For You” sudah bisa kita simak bersama anak isteri di ruang tamu atau saat berkendara bersama keluarga :

I remember all the good times…
somtimes I’d wonder would it last
I used to dream about the future.
But now the future is the past.
I don’t wanna live in yesterday,
Cross my heart until I die
Don’t wanna know just what tomorrow may bring,
Because today has just begun,
No matter whatever else I’ve done
I’m here for you
I’m here for you.

TRACK LIST

1. NOT GOING AWAY
2. I DON’T WANNA STOP
3. BLACK RAIN
4. LAY YOUR WORLD ON ME
5. THE ALMIGHTY DOLLAR
6. 11 SILVER
7. CIVILIZE THE UNIVERSE
8. HERE FOR YOU
9. COUNTDOWN’S BEGUN
10. TRAP DOOR

DENNY SAKRIE
0818417357

Sinead O’Connor - Theology














JUDUL ALBUM: THEOLOGY
ARTIST: SINEAD O’CONNOR
LABEL: RUBY WORKS
TAHUN: 2007
PRODUSER: SINEAD O’CONNOR

Masih ingat Sinead O’Connor ? Penyanyi wanita dengan estetika bermusik yang kualifaid. Dan, disini khalayak mungkin hanya mengingat sosok Sinead O’Connor lewat “Nothing Compares 2 U” yang ditulis Prince.

Jika menyimak album terbarunya,saya rasa anda pun setuju jika kita menyebut album ini adalah bentuk pergeseran sikap dari Sinead O’Connor yang kita merengkuh ke ruang yang steril: religius. Jadi tak heran jika Sinead O’Connor menyematkan “Theology” sebagai tajuk albumnya.

Di albumnya ini Sinead O’Connor memilah dua karya-karyanya dalam dua keping cakram padat. Di albumnya ini sepertinya Sinead O’Connor ingin lebih mengedepankan atmosfer. Album ini mengetengahkan 11 lagu (yang terdiri atas lagu orisinal dan cover versions) dalam dua atmosfer: akustik dan band.

Pada cakram padat yang pertama terdiri atas 11 lagu dan direkam di Dublin Irlandia,kota kelahiran O’Connor.Makanya bagian ini disebut “Dublin Sessions”. Disini Sinead O’Connor hadir dalam konsep musik akustik dan minimalis. Sinead bernyanyi sambil memetik gitar bersama Steve Cooney yang juga memetik gitar akustik. Di bagian ini Sinead O’Connor terdengar tampil lebih personal dan ekspresif. Simaklah vokal Sinead yang terdengar hanya seolah berbisik lirih dalam “Whomsoever Dwells”. Dan secara mencengangkan O’Connor memihak pada ritme walza di lagu “If You Had A Vineyard”. Terasa segar dengan notasi yang mampu menggelitik kuping khalayak.

Simak pula tafsir ulang Sinead O’Connor pada lagu spritual soul Curtis Mayfield ” We People Who Darker Than Blue” yang terasa mengiris dengan aksentuasi gitar akustik. Tapi pada versi band, O’Connor tak lupa menyelusupkan kocokan gitar dengan menggunakan pedal “wah wah”. Lagu ini secara tak sadar menggiring imajinasi kita pada komunitas kaum kulit hitam yang “didera” sengsara berkepanjangan.

Aura Nasrani memang sangat terasa di albumnya ini,apalagi jika anda menyimak “getaran” suara Sinead O’Connor yang seolah penjelmaan Maria Magdalena dalam lagu “I Don’t Know How To Love Him” dari opera rock “Jesus Christ Superstars” karya fenomenal pasangan komposer Andrew Llyod Weber dan Tim Rice di tahun 1970. Dalam versi band yang melumerkan beat reggae, O’Connor tetap tak kehilangan daya tafsirnya. Dia bisa mengubah imaji yang selama ini ditatah Yvonne Elliman maupun Sarah Brightman:

I don’t know how to love him.
What to do, how to move him.
I’ve been changed, yes really changed.
In these past few days, when I’ve seen myself,
I seem like someone else.
I don’t know how to take this.
I don’t see why he moves me.
He’s a man. He’s just a man.
And I’ve had so many men before,
In very many ways,
He’s just one more.
Should I bring him down?
Should I scream and shout?
Should I speak of love,

Sinead O’Connor bersama mitranya Tomlinson pun menulis sederet lagu yang memiliki kedalaman dalam konteks spiritual semisal lagu “The Glory of Jah” atau pun “Dark I am Yet Lovely”.

Dan pada ending setiap cakram padatnya, Sinead O’Connors memilih lagu tradisional “Rivers Of Babylon” (yang dulu sempat ngetop disini lewat kelompok disko asal Jerman Boney M).

Lengkap sudah nuansa keimanan yang ditorehkan Sinead O’Connor.

TRACKLIST

CD 1
1. Something Beautiful
2. We People Who Darker Than Blue
3. Out Of The Depths
4. If You Had A Vineyard
5. Dark I am Yet Lovely
6. Watcher of Men
7. 33
8. The Glory Of Jah
9. Whomsoever Dwells
10. Rivers Of Babylon
11. Hosana Filio David

CD 2
1. Something Beautiful
2. We People Who darker Than Blue
3. Out Of Depths
4. If You Had A Vineyard
5. Dark I am Yet Lovely
6. Watcher of Men
7. 33
8. The Glory Of Jah
9. Whomsoever Dwells
10. Rivers Of Babylon

DENNY SAKRIE
0818417357

Dave Matthews & Tim Reynolds - Live At Radio City Music Hall













JUDUL ALBUM: LIVE AT RADIO CITY MUSIC HALL
ARTIST: DAVE MATTHEWS & TIM REYNOLDS
LABEL: RCA
TAHUN: 2007
PRODUSER: DAVE MATTHEWS

Inilah album live bernuansa Americana yang dimainkan pasangan Dave Matthews, musisi kelahiran Johannesburg Afrika Selatan dan gitaris underrated kelahiran Jerman Tim Reynolds. Keduanya memang sudah sejak lama terlibat dalam kerjasama musikal. Reynold sering membantu album dan tur konser Dave Matthews Band. Sebelum merilis album “Live At Radio City Music Hall”, baik Matthews dan Reynold pernah melakukan hal serupa dalam album “Live At Luther College” di tahun 1999. Yang menarik, keduanya adalah multi-instrumentalis yang mumpuni.

Dibuka dengan akustik blues bertajuk “Bartender” dalam durasi mendekati 8 menitan. Matthews meradang. Reynold tak kalah sigap memberi tekstur. Blues sebagai sebuah ritual kenikmatan pun menggerayangi kuping pendengar.

Baik Matthews maupun Reynold memang telah menjadi senyawa. Jelas terdengar, mereka saling isi, saling menyeruak tanpa kecanggungan. Lepas dan cerdas.

Kitapun seolah mendapat versi segar dari Down By The River-nya Neil Young. Tafsir ulang yang dilakukan Matthews dan Reynold mengingatkan saya pada tafsir ulang Buddy Miles terhadap lagu yang sama tapi dengan aura soul R&B. Simaklah petikan Reynolds menjelang coda pada lagu ini yang seolah menuntun pendengarnya ke area lepas gravitasi.

Yeah, she could drag me over the rainbow,
send me away
Down by the river
I shot my baby
Down by the river,
Dead, oh, shot her dead.

Juga simak adaptasi yang cerkas pada lagu folk legendaris milik Woody Guthrie “This Land Is Your Land”. Atmosfer Americana yang memayungi blues, folk, jazz, Cajun, country jelas tertuang kuat di sebagian isi album yang direkam pada saat pertunjukan keduanya di Radio Music City Hall pada tanggal 22 April 2007.

Matthews dan Reynold memang berhasil membuat arransemen yang pas buat format 2 gitar akustik dan menggantikan fungsi band.

Lagu “Dancing Nancies” dari album “Under The Table and Dreaming” (Dave Matthews Band 1994) yang berdurasi lebih dari 9 menit dan bertempo upbeat mereka mainkan dengan sempurna, dengan spirit rock yang tajam. Lagu ini memang adalah lagu wajib yang sering mereka mainkan dalam konser-konsernya selama ini termasuk dalam album “Live At Luther College” (1999) maupun album “Central Park Concer” (2003). Bagi penggila Jam Band, lagu ini memang merupakan oase yang memupuskan dahaga.

Album yang dikemas dalam 2 cakram padat dengan 26 lagu ini memang pantas anda simak.

TRACKLIST

  1. Bartender [live] Matthews 8:28 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  2. When the World Ends [live] Ballard, Matthews 4:13 Composed by: Ballard, Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  3. Stay or Leave [live] Matthews 4:09 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  4. Save Me [live] Matthews 4:41 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  5. Crush [live] Matthews 7:54 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  6. So Damn Lucky [live] Harris, Matthews 6:51 Composed by: Harris, Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  7. Gravedigger [live] Matthews 4:19 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  8. The Maker [live] Lanois 5:16 Composed by: Lanois Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  9. Old Dirt Hill (Bring That Beat Back) [live] Batson, Matthews 5:49 Composed by: Batson, Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  10. Eh Hee [live] Matthews 5:00 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  11. Betrayal [live] Reynolds 5:31 Composed by: Reynolds Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  12. Out of My Hands [live] Batson, Matthews 5:23 Composed by: Batson, Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  13. Still Water [live] Lanois 2:21 Composed by: Lanois Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  14. Don’t Drink the Water/This Land Is Your Land [live] Guthrie, Matthews 6:09 Composed by: Guthrie, Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  15. Oh [live] Matthews 5:07 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  16. Cornbread [live] Batson, Matthews 4:36 Composed by: Batson, Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  17. Crash into Me [live] George, Kibbee, Matthews 6:05 Composed by: George, Kibbee, Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  18. Down the River [live] Young 5:45 Composed by: Young Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  19. You Are My Sanity [live] Reynolds 5:58 Composed by: Reynolds Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  20. Sister [live] Matthews 3:44 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  21. Lie in Our Graves [live] Matthews 8:53 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  22. Some Devil [live] Matthews 5:11 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  23. Grace Is Gone [live] Matthews 4:12 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  24. Dancing Nancies [live] Matthews 9:03 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  25. #41 [live] Matthews 5:48 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  26. Two Step [live] Matthews 6:29 Composed by: Matthews Performed Matthews, Tim Reynolds

DENNY SAKRIE
0818417357

The Bad Plus - Prog













JUDUL ALBUM : PROG
ARTIST : THE BAD PLUS
LABEL : HEADS UP
TAHUN : 2007
PRODUSER : TONY PLATT

Bahwa pada akhirnya musik adalah musik.Tak ada lagi pagar berupa genre.Bebas sekat.Bisa lompat sana lompat sini.Setidaknya itulah impresi yang mencuat tatkala menyimak sajian musik dari trio jazz bernama THE BAD PLUS yang pertamakali merilis album pada tahun 2003.

Ini merupakan albumnya yang keempat,dan album pertama setelah keluar dari Sony Music/Columbia setahun silam.

The Bad Plus yang terdiri atas Reid Anderson (bass),Ethan Iverson (piano) dan David King (Drum) kembali menyuguhkan sajian jazz yang menggelinjang. Visi kebebasan tetap merasuk disegenap repertoar albumnya ini.

Jika ingin membayangkan seperti apa musik yang dipentang The Bad Plus, maka mungkin gambarannya adalah sebuah kemempelaian antara atmosfer post-rock dan post-bop.

Dan mungkin sudah menjadi pakem atau tradisi dari trio ini,bahwa dalam setiap album yang mereka rilis senantiasa ada upaya mere-make repertoar yang telah terlanjur dikenal khalayak sejagad.

Pada album perdana “These Are The Vistas” (2003) The Bad Plus menggerayangi arransemen lagu dari era grunge “Smells Like Teen Spirit” nya Nirvana, lalu mengganti baju “Heart Of Glass” nya Blondie hingga lagu “Flim” nya Aphex Twin. Lalu di album ke 2 bertajuk “Give” (2004). The Bad Plus dengan cerdik tanpa harus memupus esensi lagu, mendandani lagu “Iron Man” nya Black Sabbath.

Kemudian pada album “Suspicious Activity” (2005),The Bad Plus menampilkan aura baru bagi “Chariots Of Fire” nya Vangelis yang kadung dikenal sebagai karya instrumental berbasis synthesizers.

Nah,di album terbarunya bertajuk “Prog”, The Bad Plus kembali menghadirkan surprising dengan merekonstruksi hits era synth-pop nya Tears For Fears di dasawarsa 80-an “Everybody’s Want Rules The World” dalam nuansa yang lebih rileks dan laid-back. Struktur melodi yang asli masih bisa kita telusuri. Tentunya berbeda misalnya dengan trio jazz lainnya Medeski Martin & Wood yang hanya mengambil secuplik melodi asli “Julia” (The Beatles) untuk kemudian dikembangkan secara tekstural yang mengakibatkan pendengar justeru terbingung-bingung menelisik melodi originalnya.

Anda pasti akan terkejut, jika menyimak lagu “Tom Sawyer”nya Rush juga dibawakan oleh trio jazz yang gemblung ini. Spirit lagu ini tetap memancar. Pembeda justeru pada doktrinasi instrumen piano. Dan sebuah interpretasi rada hiperbolik tertuang pada lagu milik David Bowie “Life On Mars”.

The Bad Plus pun tangkas berolah dinamika dalam lagu-lagu yang mereka tulis sendiri semisal “The World Is The Same” hingga “Giant” yang sangat extraordinary. Ditangan trio Bad Plus, jazz menjadi kian cerlang cemerlang dan kian progresif.

TRACKLIST

1. EVERYBODY WANTS TO RULES THE WORLD
2. PHYSICAL CITES
3. LIFE ON MARS
4. MINT
5. GIANT
6. THRIFSTORE JEWELRY
7. TOM SAWYER
8. THIS GUY’S IN LOVE WITH YOU
9. THE WORLD IS THE SAME
10. 1980 WORLD CHAMPION

DENNY SAKRIE
0818417357

Rabu, Januari 17, 2007

Stereomantic - Stereomantic














JUDUL ALBUM: STEREOMANTIC
ARTIS: STEREOMANTIC
LABEL: AKSARA RECORDS
TAHUN: 2006
PRODUSER: STEREOMANTIC

Ini duo baru dengan basic music electronic dan warna vokal yang rada retro. Namanya Stereomantic yang konon merupakan gabungan dua kata "stereo" dan "romantic". Jika menyimak keseluruhan isi album memang nuansa romantik menyelubungi permukaan lagu yang beat-nya danceable.

Adalah Aroel mantan gitaris Planetbumi yang menangani departemen musiknya.Aroel yang bertanggung jawab pada tata aransemen musik yang berkiblat pada genre "electronic". Maria yang dahulu pernah beretro-ria dengan grup Klarinet memang daya pikat utama Stereomantic selain berperan sebagai penulis sebahagian besar lirik lagu di album ini.

Duo elektronik semacam ini memang mengingatkan kita pada era synth-pop atau new wave or wathever di era 80-an. Misalnya seperti Eurythmics, Pet Shop Boys, Erasure, Communards dan sederet panjang lainnya. Tetapi Stereomantic memang cerdik. Untuk tata musik mereka berkiblat ke "electronic scene" yang programmable tapi untuk melodi dan warna vokal justeru terseret ke atmosfer retro . Tak heran dalam beberapa lagu corak vokal Maria mengingatkan kita pada Cardigans atau malah bergeser jauh kebelakang menyimpul arransemen vokal ala Carpenters. Musiknya pun sangat cair dan easy listening.Dalam beberapa track mereka memilih beat bossanova yang santai. Makanya jangan salahkan pendengar jika anda yang mengendus bau St Ettiene, New Order bahkan Cardigans. Aroel sendiri terampil memilih dan meramu bunyi-bunyian sintesisnya.Sayang ada bunyi saxophone yang terasa gak wajar dan kaku di album ini.Bunyi hembusan saxophone itu sangat terasa sebagai bunyi sintesis.


TRACKLIST

1. INTRO
2. LET'S DISCO
3. TAKUT
4. HINGGA KU TIADA
5. I CAN'T MARRY YOU
6. TAK PERNAH ADA
7. LAGU MERINDU
8. BIARKAN KAMI BERSAMA
9. (JUST WANNA BE) THE NEXT RISING STAR
10. DUNIA MAYA
11. YOU

Denny Sakrie
0818417357

Selasa, Januari 16, 2007

The Manhattan Transfer - The Symphony Session













JUDUL ALBUM: THE SYMPHONY SESSIONS
ARTIS: THE MANHATTAN TRANSFERS
LABEL: RHINO RECORDS
TAHUN: 2006
PRODUSER: TIM HAUSER

Bayangkan 4 warna suara masing-masing dua suara wanita dan dua suara pria diiringi satu kekuatan orkestra,berpadu jadi satu. Itulah kuartet vokal The Manhattan Transfer yang berbaur secara simfonik dengan Orkestra asal Praha .
Sederet repertoar standar dibawakan secara apik oleh kuartet yang terdiri atas Alan Paul, Janis Siegel, Tim Hauser dan Cheryl Bentyne.

Dibuka dengan karya Bobby Troup "Route '66" yang pertamakali dipopulerkan The Nat King Cole Trio di tahun 1946. Yang menarik adalah "balancing" antara harmoni vokal The Manhattan Transfer dengan tata orkestra yang memang terasa "penuh". Kenapa saya sebut "balance" ?, karena baik tata arransemen vokal memang sudah penuh dan harus diiringi pula dengan orkestra yang memang padat bunyi-bunyian. Kesalahan dalam menata bunyi-bunyian kedua divisi (vokal dan orjkestra) bisa berakibat fatal. Entah akan ada yang ketilep atau malah saling tumpang tindih. Untunglah kekisruhan yang semacam itu nyaris tak ditemui dalam 12 track dalam album ini.

Dan untunglah dalam musik jazz kita mengenal upaya dari Jon Hendricks, vokalis jazz yang sering menulis sederet lirik untuk lagu-lagu yang awalnya hanya ditulis dalam bentuk instrumentalia seperti lagu "Birdland" yang aslinya adalah komposisi instrumental karya Joseph Zawinul dalam album Weather Report. Juga komposisi jazz bertajuk "Clouds (Nuage)" karya gitaris jazz gipsy Django Reinhardt menjadi lebih hidup setelah diimbuh lirik oleh Jon Hendricks. Atau lagu "To You" yang merupakan karya instrumental pianis Thad Jones dan diberi lirik pula oleh Hendricks. Yang pasti dengan imbuhan lirik,harmoni vokal The Manhattan Transfer yang menguatkan karakter lagu itu sendiri menjadi kian mencuat ke permukaan. Apalagi karya-karya jazz itu sebetulnya sudah pernah dibawakan The Manhattan Transfer pada album-album sebelumnya semisal "To You" yang terdapat pada album "Vocalese" (1985) maupun "Birdland" di album " Extensions" (1979) .

Selain komposisi standar seperti karya George Gershwin hingga Charlie Parker, The Manhattan Transfer pun menyajikan dengan elegan komposisi bertajuk "Vibratew" (ini lagu tentang cinta dan ponsel...) karya Rufus Wainwright , pemusik era sekarang dari album solonya "Want One" di tahun 2003.

Jika ingin menyimak sajian paling apik dari kuartet jazz vokal,maka album ini harus anda simak seutuhnya.

TRACKLIST

1. ROUTE 66
2. CANDY
3. EMBRACEABLE YOU
4. THAT'S THE WAY IT GOES
5. A NIGHTANGLE SANG IN BERKELEY SQUARE
6. BECAUSE YOU ARE ALL HEART (MOVEMENT 2,PORTRAIT OF ELLA)
7. TO YOU
8. VIBRATE
9. CLOUD (NUAGES)
10. THE QUITUDE
11. THE OFFBEAT OF AVENUES
12. BIRDLAND

Denny Sakrie
0818417357
http://musicalbox. jdfi.co.id/n

Senin, Desember 25, 2006

Sonic Youth - The Destroyed Room : B-Sides & Rarities















JUDUL ALBUM : THE DESTROYED ROOM : B-SIDES & RARITIES
ARTIS : SONIC YOUTH
LABEL : GEFFEN RECORDS
TAHUN : 2006

Kalau anda bukan penggemar Sonic Youth sebaiknya jangan memutar album ini. Kuping anda akan terteror dalam arti sesungguhnya. Tapi jika anda penggemar Sonic Youth, menyimak album ini, wajib hukumnya. Terutama untuk anda yang ingin menelaah lebih jauh proses penggarapan lagu-lagu dari grup "art-punk" asal New York ini. Karena 11 track yang ada di album ini merupakan B Sides dari beberapa cakram tunggal Sonic Youth dan yang masuk kategori "rarities". Jika sebelumnya beberapa track di album ini menjadi perbincangan karena sulit dicari plaat single-nya. Misalnya, "Razor Blade" yang merupakan sisi B dari lagu "Bull In The Heather" atau "Campfire" yang berasal dari "At Home With The Groovebox" serta beberapa track dari "Noho Furniture" sessions. Maka dahaga ini akan pupus jika menyimak album ini.

Album ini memang dipenuhi dengan aneka outtakes dari kurun waktu 1994 hingga 2004 dalam durasi sekitar 70 menitan. Sudah pasti atmosfer "jamming" lekat dalam sajian mereka track by track. Dalam liner notes nya tertulis "blurring the lines betweens compositions and improvisation". Jadi nggak heran jika album yang cenderung "cutting edge" ini dikuakkan oleh sebuah track instrumental berdurasi 10 menitan bertajuk "Fire Engine Dream" dan ditutup dengan sebuah epic berdurasi sekitar 26 menit "Diamond Sea". Dengan pelbagai anasir bunyi-bunyian yang ditaruh pada latar depan maupun latar belakang menjadikan beberapa komposisi di album ini seolah menjadi "music score". Simaklah "Loop-Cat" yang kental nuansa jammin'nya maupun "Campfire" impulsif.

Dari 11 track yang termaktub disini, hanya 3 track yang memiliki lirik/vokal, selebihnya sebuah perjalanan panjang dengan instrumental. Makanya, jika anda tidak memahami konsep Sonic Youth, menjauhlah. Sebaliknya jika anda die-hard fans, pasanglah kuping anda erat-erat di cd player anda.....nikmati petualangan bunyi yang menakjubkan dari Sonic Youth.....!


TRACKLIST

1. FIRE ENGINE DREAM
2. FAUXHEMIANS
3. RAZOR BLADE
4. BLINK
5. CAMPFIRE
6. LOOP CAT
7. KIM'S CHORDS
8. BEAUTIFUL PLATEAU
9. THREE PART SECTIONAL SEAT
10. QUEEN ANNE CHAIR
11. DIAMOND SEA


0818417357

Kamis, Desember 21, 2006

Mike Stern - Who Let The Cats Out?














JUDUL ALBUM : WHO LET'S THE CAT OUT ?
ARTIS : MIKE STERN
LABEL : HEADS UP
TAHUN : 2006

Gitaris ini termasuk yang paling rajin merilis album solo. Dan jika menyimak album ini yang terhitung sebagai album solonya yang ke 13, ada kesan tersendiri dalam konsep albumnya. Stern seperti ingin mengungkap impresi dirinya terhadap kehidupannya sehari-hari terutama rasa cintanya terhadap sang isteri yang terungkap mulai dari kegiatan berbelanja hingga kegemaran memelihara kucing. Walau tak bertakwil secara verbal, namun dari judul-judul lagu serta jalinan melodi dan tekstur yang dtumpahkan, kita bisa menagkap simbolisasi tersebut. Disini Stern banyak mengajukan style yang membuat penyimaknya betah menyimak dari track pertama hingga track sebelas. Ada rock, funky, jazz hingga blues yang personal. Menariknya lagi, Stern cerdik memilih partner bermain. Ada Richard Bona, pencabik bass asal Kamerun yang juga memiliki kemampuan bernyanyi. Bona dengan style falsetto-nya dalam komposisi bertajuk "Language" berdurasi sekitar 7 menitan. Richard Bona yang terinfluence Jaco Pastorius ini pun dengan renyah melakukan scat-singing dalam komposisi "All You Need"Lalu simaklah atmosfer rada ngeblues pada lagu "K.T" yang menampilkan basisst wanita Me'shell Ndegeocello, gerayangan organ Jim Beard yang soulfully serta Roy Hargrove yang meniup trumpet secara tersumbat. Lumayan mencekam dan membuat pendengar kehilangan gravitasi. Tapi Stern kemudian mengubah suasana dengan mengambil pola funk yang meletup pada lagu "Roll With It" yang mengedepankan permainan bass funk Victor Wooten dari Bela Fleck & The Flecktones serta tiupan saxophone berbinar-binar dari Bob Malach. Sentuhan Amerika pun sangat terasa pada lagu "Texas" yang menyerempet ke sound Southern Rock. Di lagu ini Gregorie Maret meniup harmonika didukung permainan drum dari Dave Weckl. Nuansa macho mencuat pada komposisi berdurasi 7 menit 4 detik. Dalam lagu "Blue Runaway" Stern seolah berdialog dengan Anthony Jackson, pemetik bass bertubuh gelap yang memperlihatkan kualitas permaianan prima. Entah kenapa, di album ini Mike Stern justeru banyak memakai banyak jasa pemain bass handal mulai dari Anthony Jackson, Richard Bona, Meshell Ndegeocello, Victor Wooten dan Chris Minh Doky. Tapi jika disimak seksama, kehadiran pemain bass dengan karakter yang berbeda-beda ini justeru membuat ke 11 komposisi yang ditulis Mike Stern terdengar lebih cerlang-cemerlang. Dan dari sinilah tata permaianan gitar terlihat lebih hidup. Gak percaya ? Simak saja !

TRACK LIST

1. TUMBLE HOME
2. K.T
3. GOOD QUESTION
4. LANGUAGE
5. WE'RE WITH YOU
6. LENI GOES SHOPPING
7. ROLL WITH IT
8. TEXAS
9. WHO LET'S THE CAT OUT ?
10. ALL YOU NEED
11. BLUE RUNAWAY
0818417357

Rabu, Desember 20, 2006

Andi Rianto - Interlude Dari Hati

JUDUL ALBUM : INTERLUDE DARI HATI
ARTIS : ANDI RIANTO
LABEL : WARNER MUSIC
TAHUN : 2006
PRODUSER : ANDI RIANTO

Komposer dan pianis Andi Rianto melepas sebuah album solo bertajuk "Interlude dari Hati". Lembut, manis dan romantis itulah kesan yang mencuat jika anda menyimak album ini. Jalinan melodi yang diciptakan Andi Rianto memang berkonotasi lembut, melodius dan memercik romantik. Apa boleh buat jika album ini sangat terasa "perempuan". Aransemen lagu-lagu di album ini memang menampilkan nuansa orkestral pop yang kuat. Permainan piano Andi pun sangat mengakomodir nada-nada dari melodi keseluruhan lagunya.

Ada 4 vokalis yang membawakan karya-karya Andi Rianto yaitu Ira Batti, Farman Purnama, Anissa dan Lucky Octavian. Kesemuanya memiliki kemampuan vokal diatas rata-rata. Dan mereka memang sangat pas untuk menyuarakan sederet balada yang ditulis oleh Andi Rianto berikut kontribusi lirik dari Monty Tiwa hingga Sekar Ayu Asmara. Yang pantas dicatat bahwa idiom penulisan lirik meski tetap bersentuhan dengan asmara, memiliki atmosfer dan pengungkapan yang takberkesan massal melainkan mahal. Dalam "Tak Kembali" yang dinyanyikan Farman Purnama terdengar sedekit sentuhan klasikal dari struktur melodi. Penghayatan yang kuat dilakukan Farman yang mengingatkan kita pada Josh Groban, misalnya.

Tak hanya itu, Andi Rianto yang didukung Melbourne Symphony Orchestra ini pun menulis karya-karya instrumental semisal "Padre & I", "Tak Kembali" dan "Bee". Kesan yang mencuat bahwa karya instrumental ini terdengar seperti music score buta film-film layar lebar. Sayangnya dinamika dan mood lagu ini terdengar dalam intensitas yang sama : mellow. Jadi tak heran jika album ini lebih pas untuk menjadi soundtrack bagi pasangan yang tengah mabuk kepayang.

TRACK LIST

1.PERNAH
2.PEMERAN PENGGANTI
3.TAK KEMBALI
4.DUNIA
5.MATAHARIKU
6.SEUTUHNYA CINTA
7.DUNIA TANPA MU
8.PADRE & I
9.TAK KEMBALI
10.BEE

Denny Sakrie
0818417357
http://musicalbox. jdfi.co.id/ n