Minggu, Desember 07, 2008

Musikalisasi Puisi "Angin Pun Berbisik"



Pada hari Jumat tanggal 21 November 2008, saya datang ke sebuah kedai kecil yang biasa disebut "angkringan" di bilangan Kebayoran Baru. Saya datang memenuhi undangan seorang teman untuk ngobrol-ngobrol, lalu tidak lama kemudian muncul dua orang sahabat saya, duo Endah N Rhesa yang kebetulan juga datang memenuhi undangan meeting di kedai yang sama. Mereka memberikan sebuah CD Musikalisasi Puisi "Angin Pun Berbisik" yang beberapa saat lalu saya dengar memang sedang digarap oleh mereka. Karena kesibukan saya, seminggu kemudian saya baru bisa mendengarkan lagu-lagu pada CD tersebut secara utuh. Dan ini lah yang saya dapatkan:

Lagu pertama adalah lagu yang berjudul "Kali Ini Saja" yang liriknya dibuat oleh penyair Zeffa Yurihana. Lagunya sendiri dibawakan secara apik oleh seorang gitaris, komposer muda yang bernama Andre Harihandoyo. Sesuai dengan gaya bermusik Andre yang berkiblat pada musik blues, maka larik-larik puisi dari Zeffa langsung diinterpretasikan ulang oleh petikan-petikan nada blues dari gitar akustik Andre dengan sangat ekspresif dan jernih. Puisinya saja menurut saya sudah "blues" sehingga begitu Andre mendandani "Kali Ini Saja" dengan kord-kord blues maka jadilah lagu tersebut sebuah komposisi blues lengkap yang asik.

Duo Endah N Rhesa yang berperan sebagai salah satu penggagas proyek album ini mendapat kesempatan kedua dalam album ini walaupun mereka hampir ikut serta di proses pembuatan semua lagu pada album ini, tapi lagu kedua pada album ini lah yang mereka berdua ciptakan. Puisi karya penyair Zeffa Yurihana yang berjudul "Pasar" langsung berubah menjadi sebuah selimut hangat di malam yang dingin atau segelas teh es manis di sore yang panas ketika di gubah menjadi sebuah komposisi lagu yang asik dan menghanyutkan. Seperti biasa Endah N Rhesa memainkan lagu ini dengan aransemen khas akustik mereka. Denting gitar Endah disertai olah vokalnya yang tipis diiringi petikan bass Rhesa plus kord-kord bernuansa jazz melengkapi kenyamanan yang didapat pada saat mendengarkan lagu ini.

"Banyak orang bertukar barang 
Sedikit orang bertukar senyum 
Seorang anak ingin membeli senyum 
Tapi tidak ada yang menjual senyum"

Itu potongan lirik yang diambil dari "Pasar". Lucu, witty, plus harmonisasi backing vokal yang sangat soothing.

Pengembaraan musik dalam lirik-lirik puitik belum selesai karena lagu selanjutnya membawa kita pada suasana perjalanan. Kok perjalanan? Simak lagu yang berjudul Jakarta yang didasari oleh puisi milik Siti Atmamiah yang berjudul "Jakarta" dan dibawakan secara apik oleh Christian (Tiket). Komposisi yang diciptakan oleh Christian dan lalu di aransir oleh Rhesa Aditya ini seolah membawa kita seolah sedang melakukan perjalanan. Walaupun isi dari puisi yang mendasari lagu ini adalah mengenai kekecewaan terhadap kota Jakarta yang membuat si penyair merasa kecewa dan perlu meninggalkan Jakarta, tapi aransemen yang dibuat oleh Rhesa menciptakan ambience yang justru positif dan optimis. Simak potongan lirik/puisi lagu "Jakarta" dibawah ini:

"Kutinggalkan engkau 
Sebab 
Langitmu tak lagi biru 
Diaduk asap dan debu 
Aku sudah tak punya waktu 
Untuk menunggu"

Nah anda akan mendapatkan kesan lain jika anda mendengarkan lagunya...:-)

Cinta & kerinduan adalah tema klasik yang tak pernah mati dimakan jaman. Tema ini lah yang paling banyak dipakai pada puisi maupun lirik lagu. Ekspresi kerinduan pada puisi pada puisi milik Siti Atmamiah yang berjudul "Ku Ingin" ini diinterpretasikan ulang dalam bentuk lagu oleh grup yang menamakan diri mereka sebagai Drew. Masih didominasi oleh riff gitar akustik yang ditingkahi oleh snare drum yang diketuk oleh brush stick plus bass gitar fretless yang dimaininkan oleh Rhesa Aditya, membuat lagu yang bersahaja ini jadi punya nyawa yang kuat. Lagu ini punya potensi untuk jadi idola di pasar.

Setiap seniman yang utuh dalam bentuk apapun ia akan selalu punya ciri dalam berkarya. Saya pikir statement ini bisa dilihat pada karya-karya musikalisasi puisi dalam album ini. Salah satu contoh yang kuat selain lagu "Pasar" gubahan Endah N Rhesa adalah lagu yang berjudul "Cemburu" yang didasari oleh puisi karya Irwan Dwi Kustanto yang pencipta dan arranger lagunya adalah Anindyo Baskoro atau lebih dikenal dengan Nino RAN. Ya, ia adalah salah satu personil trio yang sedang naik daun pada saat ini, RAN. Menyambung statement diawal paragraf diatas, kita tentunya tau bagaimana lagu-lagu dari RAN, dan pada lagu yang diciptakan oleh Nino berdasarkan puisinya Irwan ini, ciri RAN tersebut tidak hilang tapi bermetamorfosis dalam bentuk yang jauh lebih bersahaja, dengan balutan musik akustik ala Maxwell yang membuat para pendengar seperti saya merinding mendengarnya. Tentunya peran Raisa, yang bernyanyi bersama Nino tidak mengurangi keindahan lagu ini. Sangat menenangkan, walaupun sebenarnya liriknya menyiratkan kegundahan yang kental.

Pada lagu berikutnya yang berjudul "Luka Seorang lelaki" yang diambil dari puisi berjudul sama milik Irwan Dwi Kustanto. Saya mendengar nafas folk yang muncul pada duet Dody-Riqo dimana mereka juga betindak sebagai arranger dan pencipta lagunya. Gaya bermain gitar dan karakter vokal duo ini yang saya pikir membawa nafas folk yang bukan berarti lagu ini kekurangan nilai estetisnya tapi malah jadi kekuatan sinergi yang lumayan kuat.

Lagu "Sepi" yang diciptakan oleh Endah N Rhesa berdasarkan puisi karya Siti Atmamiah membawa kita ke lorong-lorong sunyi. Illustrasi pembacaan puisi oleh Maudy Koesnaedi dengan latar belakang suara enharmonik dari bass Rhesa terasa sangat dalam. Saya seolah sedang menonton sebuah trailer film yang bercerita tentang kesepian yang mendalam ketika mendengarkan lagu ini, dan saya yakin andapun demikian.

Cornelia Agatha....aktris yang sudah kita kenal berhasil membacakan puisi dengan sangat baik. Adalah puisi milik Irwan Dwi Kustanto yang berjudul "Angin Pun Berbisik" yang ia bawakan dengan penghayatan yang saya mesti acungkan jempol. Peranan Yessi Kristianto & Rhesa Aditya sebagai arranger pun punya andil yang cukup baik. Intro yang kuat lalu mulai masuk ke background ketika Lia mulai membaca puisi membuat ekspresi Lia ketika membacakan puisi jadi semakin kuat.

Lagu "Angin" yang dibawakan oleh Jodhy Yudono yang didasari oleh puisi karya Zeffa Yurihana juga dibawakan dengan gaya folk dari perspektif yang berbeda dibandingkan dengan duo Dody-Riqo. Judhy yang memainkan gitar diiringi oleh Choirul Alhuda yang memainkan violin & viola membawa kita ke suasana alam nan bersahaja. Jangan lupa oleh pembacaan puisi oleh si kecil Yoga Sukma Khalid Nan Agung yang diselipkan pada tengah lagu. Sangat syahdu dan bersahaja.

Album Musikalisasi "Angin Pun Berbisik" ini bisa saya kategorikan sebagai salah satu musikalisasi puisi yang berhasil memadukan dua ranah seni ini menjadi satu kesatuan yang cantik. Dahulu saya sempat terperangah ketika duo Ari & Reda membuat musikalisasi puisi-puisi Sapardi Djoko Damono, nah kali ini kembali saya terperangah ketika mendengarkan album musikalisasi puisi ini. Terima kasih buat semua yang terlibat yang membuat puisi-puisi dalam album ini jadi bisa didengarkan oleh semua orang termasuk saya.

Cerita di balik album ini pun tak kalah menarik dan menyentuh kalau boleh saya bilang demikian. Dari mulai puisi-puisi yang dihadirkan adalah puisi pilihan dari buku antalogi puisi “ANGIN PUN BERBISIK”. Karya Irwan Dwi Kustanto, Siti Atmamiah dan Zeffa. Pak Irwan adalah seorang tuna netra, sedangkan Ibu Siti dan Zeffa adalah istri dan anaknya yang bermata awas sampai dengan tekad menyumbangkan hasil penjualan seluruh CD ini pada 100% pada Yayasan Mitra Netra sebagai pendanaan buku Braille untuk tuna netra. 

CD musikalisasi puisi dapat Anda pesan melalui : Yayasan Mitra Netra (021-7651386) (www.mitranetra.or.id) dan HP nya Endah N Rhesa 08161443431 atau email di endahwidiastuti@yahoo.com

Well, jadi bila kita membeli CD ini selain kita mendapatkan lagu-lagu yang bagus, kitapun beramal.