Kamis, Februari 26, 2009

Elex Yo Ben Project – Gending Bejad





























Grup: Elex Yo Ben

Judul: Gending Bejad
Produser: Dionys Dhewanindra & Rhindra Suspa
Label:
Tahun:

Mendengarkan album Gending Bejad dari duo Elex Yo Ben seperti melakukan perjalanan musikal dengan berbagai kacamata kehidupan dan berbagai pakaian genre dari budaya yang beragam.

Elex Yo Ben yang kalau diartikan dalam bahasa Jawa adalah “Jelek Ya Biarin” ini adalah proyek duet kolaborasi dua orang Sutradara/Director muda yang selama ini terbiasa bekerjasama dalam sejumlah proyek music dan film indie.  Mereka adalah  Dionys Dhewanindra (Film and Video Director) dan Rhindra Suspa (Music Director). Dan kolaborasi ini menghasilkan sebuah album musik + video yang diberi tajuk Gending Bejad.

Sedikitnya ada dua poin yang saya bisa dapatkan dari album ajaib ini yaitu ekplorasi musikal yang tidak bisa dibilang sederhana dan penangkapan tema untuk lirik yang tidak lazim, sangat fotografik yang membuat liriknya begitu jujur dan bagi sebagian penikmat terdengar lucu walaupun mereka tidak berniat untuk membuatnya menjadi sesuatu yang lucu (setidaknya ini lah yang saya dapatkan ketika ngobrol dengan mereka). Hampir semua lagu-lagu di album ini liriknya diambil dari peristiwa nyata. Coba simak lagu yang berjudul “My Wife Very Dangerous” yang diambil dari peristiwa nyata dimana sepasang suami istri yang tiap pagi berantem karena berebutan WC. Atau lagu yang berjudul “Perempuan Di Batu Nisan” yang diambil ketika Dion sempat tinggal di sebuah kontrakan di tengah kompleks pemakaman yang ternyata jadi tempat mangkal bencong kuburan.

Bila bicara dari sisi musikalitas, nuansa prog metal & death metal menyelimuti hampir seluruh komposisi lagu mereka dengan sentuhan gending Jawa disana-sini plus gaya menyanyi sinden dan growl. Dan satu lagu yang merepresentasikan semua ini adalah lagu yang berdurasi hampir 8 menit yang berjudul sama dengan judul albumnya, “Gending Bejad”. Banyak kejutan-kejutan yang akan kita dapati ketika menyimak lagu-lagu dari album ini. Terutama penggabungan tema-tema fotografis yang langsung di campur dengan komposisi metal. Mungkin ini lah yang membuat banyak media menganggap EYB adalah band parodi. Coba simak lagu yang berjudul “Saat Ku Brutal” dari judulnya dan jenis musiknya kita tidak akan menyangka bahwa liriknya Dion bercerita tentang keinginannya membuat sambal saat ia sedang brutal (marah?), lalu selanjutnya ia memaparkan cara-cara membuat sambal yang membuatnya tidak brutal lagi. Hehehehe…pasti anda mengerti apa yang saya maksud dengan fotografis kan, yaitu pemaparan yang sangat jelas.

Album Gending Bejad dari Elex Yo Ben ini adalah salah satu album yang akhir ini cukup merebut perhatian saya selain album dari The Bad Plus yang berjudul For All I Care (ini nanti saya buatkan juga resensinya). Terutama disebabkan oleh ekplorasi yang dilakukan oleh duo ini yang membuat saya sangat merekomendasikan album ini untuk anda yang menyukai ekplorasi musikal yang tanpa batas.

Mendengarkan sendiri akan bisa menjadi pengalaman yang bisa membuat teman-teman disini memberikan opini terhadap apa yang saya rasakan ketika mendengarkan lagu-lagu mereka ini. Untuk itu silahkan dengar kan tiga buah sample lagu yang diambil dari album Gending Bejad di bawah ini:

Elex Yo Ben
Playlist:
1. Anak Studio
2. Gending Bejad
3. Love Memang Anjrit
4. My Wife Very Dangerous (Live Acoustic)
5. My Wife Very Dangerous
6. Perangkap Rock & Roll
7. Perempuan Di Batu Nisan
8. Remuk Yo Ben
9. Saat Ku Brutal
10. Si Baju Biru (Hikayat Homo Ereczionizt)
11. The Panu Fans Club

Silahkan kunjungi blog mereka yang ada di http://elexyoben.wordpress.com/ dan juga Myspace mereka yang ada di: http://www.myspace.com/elexyoben

Jumat, Februari 20, 2009

Sampak GusUran Poem Orchestra



Sampak GusUran is a poem orchestra. They call their group as ‘poem orchestra’ because since the beginning they interpret and orchestrated Anis Sholeh Ba’asyin poem into musical composition. This is their way to bring poem more closer to people.

By their ‘poem orchestra’ they wish to voice their concern about social, culture, spiritual, environmental and human problem in our country and also in the world. They not only play music or sing a song, but first of all they try with their own way to sent a message about love, peace, brotherhood and justice; against all destructive, oppressed and dehumanize powers who rules what we called as ‘modern world’. Name ‘sampak’ they took from ‘gamelan’ music rhythm type in Javanesse puppets performance called ‘wayang”, it usually played to accompany war scene on Wayang performance. Medium GusUran, in fact can be read as game form writing from gusuran word, which in Indonesian vocabulary mean ‘peripheral’. Or, can also, Uran word read as plural form of word ‘uro-uro’ or croon in Javanesse vocabulary.

In music, they try more or less dynamic translate and permeate the spirit and also composition of ethnical and tradition music -especially from Indonesia- and cut fine it with new musical mosaic growing in present day.

You can see more of their videos by visiting their Youtube page in here