Minggu, Desember 07, 2008

Musikalisasi Puisi "Angin Pun Berbisik"



Pada hari Jumat tanggal 21 November 2008, saya datang ke sebuah kedai kecil yang biasa disebut "angkringan" di bilangan Kebayoran Baru. Saya datang memenuhi undangan seorang teman untuk ngobrol-ngobrol, lalu tidak lama kemudian muncul dua orang sahabat saya, duo Endah N Rhesa yang kebetulan juga datang memenuhi undangan meeting di kedai yang sama. Mereka memberikan sebuah CD Musikalisasi Puisi "Angin Pun Berbisik" yang beberapa saat lalu saya dengar memang sedang digarap oleh mereka. Karena kesibukan saya, seminggu kemudian saya baru bisa mendengarkan lagu-lagu pada CD tersebut secara utuh. Dan ini lah yang saya dapatkan:

Lagu pertama adalah lagu yang berjudul "Kali Ini Saja" yang liriknya dibuat oleh penyair Zeffa Yurihana. Lagunya sendiri dibawakan secara apik oleh seorang gitaris, komposer muda yang bernama Andre Harihandoyo. Sesuai dengan gaya bermusik Andre yang berkiblat pada musik blues, maka larik-larik puisi dari Zeffa langsung diinterpretasikan ulang oleh petikan-petikan nada blues dari gitar akustik Andre dengan sangat ekspresif dan jernih. Puisinya saja menurut saya sudah "blues" sehingga begitu Andre mendandani "Kali Ini Saja" dengan kord-kord blues maka jadilah lagu tersebut sebuah komposisi blues lengkap yang asik.

Duo Endah N Rhesa yang berperan sebagai salah satu penggagas proyek album ini mendapat kesempatan kedua dalam album ini walaupun mereka hampir ikut serta di proses pembuatan semua lagu pada album ini, tapi lagu kedua pada album ini lah yang mereka berdua ciptakan. Puisi karya penyair Zeffa Yurihana yang berjudul "Pasar" langsung berubah menjadi sebuah selimut hangat di malam yang dingin atau segelas teh es manis di sore yang panas ketika di gubah menjadi sebuah komposisi lagu yang asik dan menghanyutkan. Seperti biasa Endah N Rhesa memainkan lagu ini dengan aransemen khas akustik mereka. Denting gitar Endah disertai olah vokalnya yang tipis diiringi petikan bass Rhesa plus kord-kord bernuansa jazz melengkapi kenyamanan yang didapat pada saat mendengarkan lagu ini.

"Banyak orang bertukar barang 
Sedikit orang bertukar senyum 
Seorang anak ingin membeli senyum 
Tapi tidak ada yang menjual senyum"

Itu potongan lirik yang diambil dari "Pasar". Lucu, witty, plus harmonisasi backing vokal yang sangat soothing.

Pengembaraan musik dalam lirik-lirik puitik belum selesai karena lagu selanjutnya membawa kita pada suasana perjalanan. Kok perjalanan? Simak lagu yang berjudul Jakarta yang didasari oleh puisi milik Siti Atmamiah yang berjudul "Jakarta" dan dibawakan secara apik oleh Christian (Tiket). Komposisi yang diciptakan oleh Christian dan lalu di aransir oleh Rhesa Aditya ini seolah membawa kita seolah sedang melakukan perjalanan. Walaupun isi dari puisi yang mendasari lagu ini adalah mengenai kekecewaan terhadap kota Jakarta yang membuat si penyair merasa kecewa dan perlu meninggalkan Jakarta, tapi aransemen yang dibuat oleh Rhesa menciptakan ambience yang justru positif dan optimis. Simak potongan lirik/puisi lagu "Jakarta" dibawah ini:

"Kutinggalkan engkau 
Sebab 
Langitmu tak lagi biru 
Diaduk asap dan debu 
Aku sudah tak punya waktu 
Untuk menunggu"

Nah anda akan mendapatkan kesan lain jika anda mendengarkan lagunya...:-)

Cinta & kerinduan adalah tema klasik yang tak pernah mati dimakan jaman. Tema ini lah yang paling banyak dipakai pada puisi maupun lirik lagu. Ekspresi kerinduan pada puisi pada puisi milik Siti Atmamiah yang berjudul "Ku Ingin" ini diinterpretasikan ulang dalam bentuk lagu oleh grup yang menamakan diri mereka sebagai Drew. Masih didominasi oleh riff gitar akustik yang ditingkahi oleh snare drum yang diketuk oleh brush stick plus bass gitar fretless yang dimaininkan oleh Rhesa Aditya, membuat lagu yang bersahaja ini jadi punya nyawa yang kuat. Lagu ini punya potensi untuk jadi idola di pasar.

Setiap seniman yang utuh dalam bentuk apapun ia akan selalu punya ciri dalam berkarya. Saya pikir statement ini bisa dilihat pada karya-karya musikalisasi puisi dalam album ini. Salah satu contoh yang kuat selain lagu "Pasar" gubahan Endah N Rhesa adalah lagu yang berjudul "Cemburu" yang didasari oleh puisi karya Irwan Dwi Kustanto yang pencipta dan arranger lagunya adalah Anindyo Baskoro atau lebih dikenal dengan Nino RAN. Ya, ia adalah salah satu personil trio yang sedang naik daun pada saat ini, RAN. Menyambung statement diawal paragraf diatas, kita tentunya tau bagaimana lagu-lagu dari RAN, dan pada lagu yang diciptakan oleh Nino berdasarkan puisinya Irwan ini, ciri RAN tersebut tidak hilang tapi bermetamorfosis dalam bentuk yang jauh lebih bersahaja, dengan balutan musik akustik ala Maxwell yang membuat para pendengar seperti saya merinding mendengarnya. Tentunya peran Raisa, yang bernyanyi bersama Nino tidak mengurangi keindahan lagu ini. Sangat menenangkan, walaupun sebenarnya liriknya menyiratkan kegundahan yang kental.

Pada lagu berikutnya yang berjudul "Luka Seorang lelaki" yang diambil dari puisi berjudul sama milik Irwan Dwi Kustanto. Saya mendengar nafas folk yang muncul pada duet Dody-Riqo dimana mereka juga betindak sebagai arranger dan pencipta lagunya. Gaya bermain gitar dan karakter vokal duo ini yang saya pikir membawa nafas folk yang bukan berarti lagu ini kekurangan nilai estetisnya tapi malah jadi kekuatan sinergi yang lumayan kuat.

Lagu "Sepi" yang diciptakan oleh Endah N Rhesa berdasarkan puisi karya Siti Atmamiah membawa kita ke lorong-lorong sunyi. Illustrasi pembacaan puisi oleh Maudy Koesnaedi dengan latar belakang suara enharmonik dari bass Rhesa terasa sangat dalam. Saya seolah sedang menonton sebuah trailer film yang bercerita tentang kesepian yang mendalam ketika mendengarkan lagu ini, dan saya yakin andapun demikian.

Cornelia Agatha....aktris yang sudah kita kenal berhasil membacakan puisi dengan sangat baik. Adalah puisi milik Irwan Dwi Kustanto yang berjudul "Angin Pun Berbisik" yang ia bawakan dengan penghayatan yang saya mesti acungkan jempol. Peranan Yessi Kristianto & Rhesa Aditya sebagai arranger pun punya andil yang cukup baik. Intro yang kuat lalu mulai masuk ke background ketika Lia mulai membaca puisi membuat ekspresi Lia ketika membacakan puisi jadi semakin kuat.

Lagu "Angin" yang dibawakan oleh Jodhy Yudono yang didasari oleh puisi karya Zeffa Yurihana juga dibawakan dengan gaya folk dari perspektif yang berbeda dibandingkan dengan duo Dody-Riqo. Judhy yang memainkan gitar diiringi oleh Choirul Alhuda yang memainkan violin & viola membawa kita ke suasana alam nan bersahaja. Jangan lupa oleh pembacaan puisi oleh si kecil Yoga Sukma Khalid Nan Agung yang diselipkan pada tengah lagu. Sangat syahdu dan bersahaja.

Album Musikalisasi "Angin Pun Berbisik" ini bisa saya kategorikan sebagai salah satu musikalisasi puisi yang berhasil memadukan dua ranah seni ini menjadi satu kesatuan yang cantik. Dahulu saya sempat terperangah ketika duo Ari & Reda membuat musikalisasi puisi-puisi Sapardi Djoko Damono, nah kali ini kembali saya terperangah ketika mendengarkan album musikalisasi puisi ini. Terima kasih buat semua yang terlibat yang membuat puisi-puisi dalam album ini jadi bisa didengarkan oleh semua orang termasuk saya.

Cerita di balik album ini pun tak kalah menarik dan menyentuh kalau boleh saya bilang demikian. Dari mulai puisi-puisi yang dihadirkan adalah puisi pilihan dari buku antalogi puisi “ANGIN PUN BERBISIK”. Karya Irwan Dwi Kustanto, Siti Atmamiah dan Zeffa. Pak Irwan adalah seorang tuna netra, sedangkan Ibu Siti dan Zeffa adalah istri dan anaknya yang bermata awas sampai dengan tekad menyumbangkan hasil penjualan seluruh CD ini pada 100% pada Yayasan Mitra Netra sebagai pendanaan buku Braille untuk tuna netra. 

CD musikalisasi puisi dapat Anda pesan melalui : Yayasan Mitra Netra (021-7651386) (www.mitranetra.or.id) dan HP nya Endah N Rhesa 08161443431 atau email di endahwidiastuti@yahoo.com

Well, jadi bila kita membeli CD ini selain kita mendapatkan lagu-lagu yang bagus, kitapun beramal.

Jumat, Februari 15, 2008

Suzanne Vega - Beauty & Crime













JUDUL ALBUM: BEAUTY & CRIME
ARTIST: SUZANNE VEGA
LABEL: BLUE NOTE RECORDS
TAHUN: 2007
PRODUSER: JIMMY HOGARTH

Sesuatu yang menarik jika mencermati karya dari singer/songwriter adalah sebuah karya yang kuat dalam ekspresi, terlebih menyeruakkan elemen personal, dan penuh tutur. Musiknya pun tak perlu cerlang cemerlang. Sesuatu yang minimalis kadang lebih maknawi. Ini pula yang masih bisa kita simak setelah mendengarkan album terbaru Suzanne Vega, yang mulai dikenal luas ketika mendendangkan “Luka” di paruh 80-an termasuk pula “Tom’s Diner” yang bercorak a capella.

Walaupun lama tak menggelontorkan karya, ternyata malah menjadikan album Suzanne Vega ini menjadi semacam penawar rindu dengan tema kemanusiaan yang kuat. Setidaknya, di album ini, keperihan akibat serangan teroris di Amerika Serikat pada 11 September masih menggenang seperti pada lagu “Angel’s Doorway”.
Suzanne Vega pun menuliskan lagu tentang tokoh tokoh heroiknya dalam beberapa lagu , seperti pada lagu “Edith Wharton Figurines” yang bercerita tentang novelis Edith Wharton :

See the portrait come to life
See the vanity behind
Cause in the struggle for survival
Love is never blind

Now, olivia lies under anasthesia
Her wit and wonder snuffed
In a routine operation
Her own beauty not enough,

Bahkan Suzanne Vega pun meretas pasangan selebritis yang banyak mengilhami karirnya seperti Frank Sinatra dan Ava Gardner dalam lagu “Frank and Ava” :

He’s so true. she is too. she says
I love you Frank and then they drank
All night. what a fight.
He says it isn’t me you’re thinking of

She’s cool. it makes him cruel
And they needle till the jewels
Go raining down upon the ground
She says its not enough to be in love

Musik yang mengiringi Suzanne Vega memang diniatkan lebih friendly mulai dari folk yang akustik, juga terasa citarasa bossanova.

Di album ini Suzanne Vega dibantu pencabik bass dari atti Smith Group yaitu Tony Shanahan, Martin Slattery pada piano, reeds dan brass section, Graham Hawthorne pada drums, Gerry Leonard pada gitar, Will Malonne pada arransemen orkestra serta produser Jimmy Hogarth yang juga memainkan gitar dan perkusi.

Suzanne Vega disini masih terampil memainkan emosi pendengar lewat terang-redupnya aransemen musik, tanpa membuat kuping penyimaknya seolah tersiksa. Di akhir album Suzanne Vega dengan balutan gitar akustik mencoba menapak tilasi kejadian traumatik bangsa Amerika “11 September” dalam lagu bertajuk “Anniversary” :

Mark the month and all its anniversaries
Put away the draft of all your eulogies
Clear the way for all your private memories
As they meet you on each corner
Meet you on every street.

Make the time for all your possibilities.
They live on every street.

TRACKLIST

1. ZEPHYR & I
2. LUDLOW STREET
3. NEW YORK IS A WOMAN
4. PORNOGRAPHER’S DREAM
5. FRANK & AVA
6. EDITH WHARTON’S FIGURINES
7. BOUND
8. UNBOUND
9. AS YOU ARE NOW
10. ANGEL’S DOORWAY
11. ANNIVERSARY

DENNY SAKRIE
0818417357

Vox - Pada Awalnya













JUDUL ALBUM: PADA AWALNYA
ARTIS: VOX
LABEL: AKSARA RECORDS
TAHUN: 2007
PRODUSER: DAVID TARIGAN & JOSEPH SUDIRO

Haa……? Saya beberapa kali mengusap kuping saya seolah tak percaya ketika menyimak track pertama dari album debut grup Vox asal Surabaya bertajuk “Pada Awalnya”.Dari intro yang diawali ketukan drum,lalu gitar telah membawa saya ke sebuah era masa lampau……tepatnya 60-an. Ya betul apalagi intro lagu ini betul-betul memorable yaitu “Wouldn’t It Be Nice” The Beach Boys dari album masterpiece-nya “Pet Sounds”.

Hmmmm…….kemanakah citarasa musik yang akan dibawa kelompok yang digawangi Josep Sudiro (bas,vokal), Donnie Setiohandono (piano, Rhodes, Harmmond, vokal), Vega Antares Setianegra (gitar elektrik, akustik, vokal) dan Gabriel Mayo Riberu (drums, vokal) ini?. Tampaknya mereka tengah silau dengan wabah musik pop era 60-an yang kadung disebut “sunshine pop” atau “power pop” dan lain sebagainya. Musik Beat memang tengah melanda dunia. Beach Boys sendiri mengaku terpengaruh The Beatles. Dan Vox bahkan mencoba menyelusupkan pula arwah The Beatles dalam komposisi lagunya yang berjumlah 11.

Keempat pemusik Vox memang punya tugas berat. Karena mereka pun menyanyi. Harus membagi harmoni vokal yang telah ditata Donnie Setiohandono.

Pada lagu “Oh Well” dengan cerdik Vox kembali menyulam aura lagu “God Only Knows” nya The Beach Boys. Permainan slide gitar Vega di lagu ini justeru mengingatkan kita pada karakteristik George Harrison dari The Beatles. Lalu di bagian koda pendengar diberi ilusi seolah terjebak deja vu aura “All You Need Is Love” nya The Beatles dengan tumpukan bebunyian brass section yang dimainkan Indra Aziz, Ijo dan Teguh. Dan mendadak kita pun bisa mengingat aura Paul McCartney pada lagu “My Baby Blue”. Apalagi ditambah arransemen brass section yang dibuat Ramondo Gascaro dari grup Sore yang mau gak mau mengingatkan saya pada “Getting Better” The Beatles (Sgt Pepper’s Lonely Heart’s Club Band). Atmosfer serupa pun tersimak pada lagu “Menjadi Dewasa” dan “Apapun Itu”.

Vox tampaknya berupaya keras pula untuk membuat lirik yang tak dangkal.Sepintas mereka lebih banyak menomosatukan ekspresi.Liriknya singkat tapi padat makna.
Simak ketika vox bercerita tentang persahabatan dalam lagu “Ingatkah Pertama” :

Ingatkah pertama kau terhenti
Dan berjanji untuk mencoba kembali
Ingatkah pertama kau menyerah
Hingga saat terakhir kau hembuskan nafas

Dan simak bagaimana vox mengungkapkan kota kelahirannya Surabaya dalam “Surabaya # 1″

walkin’ down the river, walkin’ down the river
I was born when the moon was gone
kissed the sky of Surabaya’s sunshine
I got my blues right below my shoes
it just the life that I cannot choose
I rest my soul in the rock and roll
I am the son of our traffic sounds

Jika jenuh dengan berkelebatnya band-band yang tipikal belakangan ini, Vox layak disimak.

TRACKLIST

1. PADA AWALNYA
2. GOING DOWN
3. OH WELL
4. MY BABY BLUE
5. AK.SA.RA.
6. PAGI
7. INGATKAH PERTAMA
8. MENJADI DEWASA
9. APAPUN ITU
10. DEAR LORD
11. SURABAYA # 1

DENNY SAKRIE
0818417357

Ozzy Osbourne - Black Rain













JUDUL ALBUM: BLACK RAIN
ARTIS: OZZY OSBOURNE
LABEL: EPIC
TAHUN: 2007
PRODUSER: KEVIN CHURKO

Sang Pangeran dari Kegelapan datang lagi lewat album teranyarnya “Black Rain”. Ini merupakan album solo Ozzy yang ke 9. Masih ada gitaris Zakk Wylde dengan kapak nya.Tapi apakah keduanya masih menyimpan kesaktian metal mandraguna ?. Hmmm……secara keseluruhan album ini memang terasa lembek dibanding persona Ozzy Osbourne yang telah dikhatami para penggemarnya sejak era Black Sabbath maupun era solonya sejak dasawarsa 80-an yang berlumur keras dan pekat. Jika sudah begini, biasanya sumpah serapah pun menyembur. Kambing hitam pun dicari cari.

Apakah bijaksana menghukum Kevin Churko sebagai produser yang membuat image dan sosok Ozzy jadi sedemikian kuyu ? Lalu siapakah Kevin Churko ini ? Well, dia ini memiliki curriculum vitae yang jamak untuk sederet produksi musik pop, mulai dari Michael Bolton, Britney Spears (Ooops !), Shania Twain hingga Celine Dion dengan kapasitas sebagai penata suara,editor hingga produser.Sebetulnya Mr Churko ini pernah pula menangani album “Undercover” nya Ozzy Osbourne. Walhasil yang terekam dalam album ini adalah sosok Ozzy Osbourne dalam tayangan reality shownya “The Osbourne” yang bercitarasa kekeluargaan.

Kekhawatiran bergesernya citra Osbourne memang mulai ditelisik ketika Ozzy berduet dengan Kelly puterinya lewat ballada klasik-nya Black Sabbath “Changes” atau ketika mengcover disko klasiknya Bee Gees “Staying Alive” dalam boxset “Prince Of Darkness” (Epic,2005). Namun Ozzy toh masih menyisakan kejayaan masa lalu lewat lagu “Black Rain” yang liriknya mengingatkan kita pada kegundahan dan kegeraman Ozzy terhadap perang pada lagu “War Pig”. Simak lirik “Black Rain” ini :

War, killing sons and daughters,
Another failed attack, there is no turning back.
Blood, running down like water.
You’ll think you got away,
Until the judgment day comes.

Rasanya kita harus menyilangkan dada jika Ozzy Osbourne di album ini kemampuan vokalnya pun telah menurun. Ingat dia kini berusia 60 tahun! . Tapi atmosfer kedigdayaannya masih terasa dalam kunci yang rendah dibanding dahulu. Mungkin kini lagu seperti “Here For You” sudah bisa kita simak bersama anak isteri di ruang tamu atau saat berkendara bersama keluarga :

I remember all the good times…
somtimes I’d wonder would it last
I used to dream about the future.
But now the future is the past.
I don’t wanna live in yesterday,
Cross my heart until I die
Don’t wanna know just what tomorrow may bring,
Because today has just begun,
No matter whatever else I’ve done
I’m here for you
I’m here for you.

TRACK LIST

1. NOT GOING AWAY
2. I DON’T WANNA STOP
3. BLACK RAIN
4. LAY YOUR WORLD ON ME
5. THE ALMIGHTY DOLLAR
6. 11 SILVER
7. CIVILIZE THE UNIVERSE
8. HERE FOR YOU
9. COUNTDOWN’S BEGUN
10. TRAP DOOR

DENNY SAKRIE
0818417357

Sinead O’Connor - Theology














JUDUL ALBUM: THEOLOGY
ARTIST: SINEAD O’CONNOR
LABEL: RUBY WORKS
TAHUN: 2007
PRODUSER: SINEAD O’CONNOR

Masih ingat Sinead O’Connor ? Penyanyi wanita dengan estetika bermusik yang kualifaid. Dan, disini khalayak mungkin hanya mengingat sosok Sinead O’Connor lewat “Nothing Compares 2 U” yang ditulis Prince.

Jika menyimak album terbarunya,saya rasa anda pun setuju jika kita menyebut album ini adalah bentuk pergeseran sikap dari Sinead O’Connor yang kita merengkuh ke ruang yang steril: religius. Jadi tak heran jika Sinead O’Connor menyematkan “Theology” sebagai tajuk albumnya.

Di albumnya ini Sinead O’Connor memilah dua karya-karyanya dalam dua keping cakram padat. Di albumnya ini sepertinya Sinead O’Connor ingin lebih mengedepankan atmosfer. Album ini mengetengahkan 11 lagu (yang terdiri atas lagu orisinal dan cover versions) dalam dua atmosfer: akustik dan band.

Pada cakram padat yang pertama terdiri atas 11 lagu dan direkam di Dublin Irlandia,kota kelahiran O’Connor.Makanya bagian ini disebut “Dublin Sessions”. Disini Sinead O’Connor hadir dalam konsep musik akustik dan minimalis. Sinead bernyanyi sambil memetik gitar bersama Steve Cooney yang juga memetik gitar akustik. Di bagian ini Sinead O’Connor terdengar tampil lebih personal dan ekspresif. Simaklah vokal Sinead yang terdengar hanya seolah berbisik lirih dalam “Whomsoever Dwells”. Dan secara mencengangkan O’Connor memihak pada ritme walza di lagu “If You Had A Vineyard”. Terasa segar dengan notasi yang mampu menggelitik kuping khalayak.

Simak pula tafsir ulang Sinead O’Connor pada lagu spritual soul Curtis Mayfield ” We People Who Darker Than Blue” yang terasa mengiris dengan aksentuasi gitar akustik. Tapi pada versi band, O’Connor tak lupa menyelusupkan kocokan gitar dengan menggunakan pedal “wah wah”. Lagu ini secara tak sadar menggiring imajinasi kita pada komunitas kaum kulit hitam yang “didera” sengsara berkepanjangan.

Aura Nasrani memang sangat terasa di albumnya ini,apalagi jika anda menyimak “getaran” suara Sinead O’Connor yang seolah penjelmaan Maria Magdalena dalam lagu “I Don’t Know How To Love Him” dari opera rock “Jesus Christ Superstars” karya fenomenal pasangan komposer Andrew Llyod Weber dan Tim Rice di tahun 1970. Dalam versi band yang melumerkan beat reggae, O’Connor tetap tak kehilangan daya tafsirnya. Dia bisa mengubah imaji yang selama ini ditatah Yvonne Elliman maupun Sarah Brightman:

I don’t know how to love him.
What to do, how to move him.
I’ve been changed, yes really changed.
In these past few days, when I’ve seen myself,
I seem like someone else.
I don’t know how to take this.
I don’t see why he moves me.
He’s a man. He’s just a man.
And I’ve had so many men before,
In very many ways,
He’s just one more.
Should I bring him down?
Should I scream and shout?
Should I speak of love,

Sinead O’Connor bersama mitranya Tomlinson pun menulis sederet lagu yang memiliki kedalaman dalam konteks spiritual semisal lagu “The Glory of Jah” atau pun “Dark I am Yet Lovely”.

Dan pada ending setiap cakram padatnya, Sinead O’Connors memilih lagu tradisional “Rivers Of Babylon” (yang dulu sempat ngetop disini lewat kelompok disko asal Jerman Boney M).

Lengkap sudah nuansa keimanan yang ditorehkan Sinead O’Connor.

TRACKLIST

CD 1
1. Something Beautiful
2. We People Who Darker Than Blue
3. Out Of The Depths
4. If You Had A Vineyard
5. Dark I am Yet Lovely
6. Watcher of Men
7. 33
8. The Glory Of Jah
9. Whomsoever Dwells
10. Rivers Of Babylon
11. Hosana Filio David

CD 2
1. Something Beautiful
2. We People Who darker Than Blue
3. Out Of Depths
4. If You Had A Vineyard
5. Dark I am Yet Lovely
6. Watcher of Men
7. 33
8. The Glory Of Jah
9. Whomsoever Dwells
10. Rivers Of Babylon

DENNY SAKRIE
0818417357

Dave Matthews & Tim Reynolds - Live At Radio City Music Hall













JUDUL ALBUM: LIVE AT RADIO CITY MUSIC HALL
ARTIST: DAVE MATTHEWS & TIM REYNOLDS
LABEL: RCA
TAHUN: 2007
PRODUSER: DAVE MATTHEWS

Inilah album live bernuansa Americana yang dimainkan pasangan Dave Matthews, musisi kelahiran Johannesburg Afrika Selatan dan gitaris underrated kelahiran Jerman Tim Reynolds. Keduanya memang sudah sejak lama terlibat dalam kerjasama musikal. Reynold sering membantu album dan tur konser Dave Matthews Band. Sebelum merilis album “Live At Radio City Music Hall”, baik Matthews dan Reynold pernah melakukan hal serupa dalam album “Live At Luther College” di tahun 1999. Yang menarik, keduanya adalah multi-instrumentalis yang mumpuni.

Dibuka dengan akustik blues bertajuk “Bartender” dalam durasi mendekati 8 menitan. Matthews meradang. Reynold tak kalah sigap memberi tekstur. Blues sebagai sebuah ritual kenikmatan pun menggerayangi kuping pendengar.

Baik Matthews maupun Reynold memang telah menjadi senyawa. Jelas terdengar, mereka saling isi, saling menyeruak tanpa kecanggungan. Lepas dan cerdas.

Kitapun seolah mendapat versi segar dari Down By The River-nya Neil Young. Tafsir ulang yang dilakukan Matthews dan Reynold mengingatkan saya pada tafsir ulang Buddy Miles terhadap lagu yang sama tapi dengan aura soul R&B. Simaklah petikan Reynolds menjelang coda pada lagu ini yang seolah menuntun pendengarnya ke area lepas gravitasi.

Yeah, she could drag me over the rainbow,
send me away
Down by the river
I shot my baby
Down by the river,
Dead, oh, shot her dead.

Juga simak adaptasi yang cerkas pada lagu folk legendaris milik Woody Guthrie “This Land Is Your Land”. Atmosfer Americana yang memayungi blues, folk, jazz, Cajun, country jelas tertuang kuat di sebagian isi album yang direkam pada saat pertunjukan keduanya di Radio Music City Hall pada tanggal 22 April 2007.

Matthews dan Reynold memang berhasil membuat arransemen yang pas buat format 2 gitar akustik dan menggantikan fungsi band.

Lagu “Dancing Nancies” dari album “Under The Table and Dreaming” (Dave Matthews Band 1994) yang berdurasi lebih dari 9 menit dan bertempo upbeat mereka mainkan dengan sempurna, dengan spirit rock yang tajam. Lagu ini memang adalah lagu wajib yang sering mereka mainkan dalam konser-konsernya selama ini termasuk dalam album “Live At Luther College” (1999) maupun album “Central Park Concer” (2003). Bagi penggila Jam Band, lagu ini memang merupakan oase yang memupuskan dahaga.

Album yang dikemas dalam 2 cakram padat dengan 26 lagu ini memang pantas anda simak.

TRACKLIST

  1. Bartender [live] Matthews 8:28 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  2. When the World Ends [live] Ballard, Matthews 4:13 Composed by: Ballard, Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  3. Stay or Leave [live] Matthews 4:09 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  4. Save Me [live] Matthews 4:41 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  5. Crush [live] Matthews 7:54 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  6. So Damn Lucky [live] Harris, Matthews 6:51 Composed by: Harris, Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  7. Gravedigger [live] Matthews 4:19 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  8. The Maker [live] Lanois 5:16 Composed by: Lanois Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  9. Old Dirt Hill (Bring That Beat Back) [live] Batson, Matthews 5:49 Composed by: Batson, Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  10. Eh Hee [live] Matthews 5:00 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  11. Betrayal [live] Reynolds 5:31 Composed by: Reynolds Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  12. Out of My Hands [live] Batson, Matthews 5:23 Composed by: Batson, Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  13. Still Water [live] Lanois 2:21 Composed by: Lanois Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  14. Don’t Drink the Water/This Land Is Your Land [live] Guthrie, Matthews 6:09 Composed by: Guthrie, Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  15. Oh [live] Matthews 5:07 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  16. Cornbread [live] Batson, Matthews 4:36 Composed by: Batson, Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  17. Crash into Me [live] George, Kibbee, Matthews 6:05 Composed by: George, Kibbee, Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  18. Down the River [live] Young 5:45 Composed by: Young Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  19. You Are My Sanity [live] Reynolds 5:58 Composed by: Reynolds Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  20. Sister [live] Matthews 3:44 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  21. Lie in Our Graves [live] Matthews 8:53 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  22. Some Devil [live] Matthews 5:11 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  23. Grace Is Gone [live] Matthews 4:12 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  24. Dancing Nancies [live] Matthews 9:03 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  25. #41 [live] Matthews 5:48 Composed by: Matthews Performed by: Matthews, Tim Reynolds
  26. Two Step [live] Matthews 6:29 Composed by: Matthews Performed Matthews, Tim Reynolds

DENNY SAKRIE
0818417357

The Bad Plus - Prog













JUDUL ALBUM : PROG
ARTIST : THE BAD PLUS
LABEL : HEADS UP
TAHUN : 2007
PRODUSER : TONY PLATT

Bahwa pada akhirnya musik adalah musik.Tak ada lagi pagar berupa genre.Bebas sekat.Bisa lompat sana lompat sini.Setidaknya itulah impresi yang mencuat tatkala menyimak sajian musik dari trio jazz bernama THE BAD PLUS yang pertamakali merilis album pada tahun 2003.

Ini merupakan albumnya yang keempat,dan album pertama setelah keluar dari Sony Music/Columbia setahun silam.

The Bad Plus yang terdiri atas Reid Anderson (bass),Ethan Iverson (piano) dan David King (Drum) kembali menyuguhkan sajian jazz yang menggelinjang. Visi kebebasan tetap merasuk disegenap repertoar albumnya ini.

Jika ingin membayangkan seperti apa musik yang dipentang The Bad Plus, maka mungkin gambarannya adalah sebuah kemempelaian antara atmosfer post-rock dan post-bop.

Dan mungkin sudah menjadi pakem atau tradisi dari trio ini,bahwa dalam setiap album yang mereka rilis senantiasa ada upaya mere-make repertoar yang telah terlanjur dikenal khalayak sejagad.

Pada album perdana “These Are The Vistas” (2003) The Bad Plus menggerayangi arransemen lagu dari era grunge “Smells Like Teen Spirit” nya Nirvana, lalu mengganti baju “Heart Of Glass” nya Blondie hingga lagu “Flim” nya Aphex Twin. Lalu di album ke 2 bertajuk “Give” (2004). The Bad Plus dengan cerdik tanpa harus memupus esensi lagu, mendandani lagu “Iron Man” nya Black Sabbath.

Kemudian pada album “Suspicious Activity” (2005),The Bad Plus menampilkan aura baru bagi “Chariots Of Fire” nya Vangelis yang kadung dikenal sebagai karya instrumental berbasis synthesizers.

Nah,di album terbarunya bertajuk “Prog”, The Bad Plus kembali menghadirkan surprising dengan merekonstruksi hits era synth-pop nya Tears For Fears di dasawarsa 80-an “Everybody’s Want Rules The World” dalam nuansa yang lebih rileks dan laid-back. Struktur melodi yang asli masih bisa kita telusuri. Tentunya berbeda misalnya dengan trio jazz lainnya Medeski Martin & Wood yang hanya mengambil secuplik melodi asli “Julia” (The Beatles) untuk kemudian dikembangkan secara tekstural yang mengakibatkan pendengar justeru terbingung-bingung menelisik melodi originalnya.

Anda pasti akan terkejut, jika menyimak lagu “Tom Sawyer”nya Rush juga dibawakan oleh trio jazz yang gemblung ini. Spirit lagu ini tetap memancar. Pembeda justeru pada doktrinasi instrumen piano. Dan sebuah interpretasi rada hiperbolik tertuang pada lagu milik David Bowie “Life On Mars”.

The Bad Plus pun tangkas berolah dinamika dalam lagu-lagu yang mereka tulis sendiri semisal “The World Is The Same” hingga “Giant” yang sangat extraordinary. Ditangan trio Bad Plus, jazz menjadi kian cerlang cemerlang dan kian progresif.

TRACKLIST

1. EVERYBODY WANTS TO RULES THE WORLD
2. PHYSICAL CITES
3. LIFE ON MARS
4. MINT
5. GIANT
6. THRIFSTORE JEWELRY
7. TOM SAWYER
8. THIS GUY’S IN LOVE WITH YOU
9. THE WORLD IS THE SAME
10. 1980 WORLD CHAMPION

DENNY SAKRIE
0818417357