Rabu, Desember 25, 2013

Rush dalam sebuah dokumenter

Suka atau tidak suka bila kalian penggemar musik rock pada khususnya pasti tidak akan melewatkan grup band dimana awal mulanya akar musik prog metal dimulai. Ya nama band tersebut adalah Rush. Saya tidak akan bercerita banyak tentang band asal Canada ini dan dengan tidak sabar saya ingin kalian semua menonton film dokumenter tentang band ini yang berjudul: Rush: Beyond The Lighted Stage dibawah ini....enjoy!


Kamis, November 15, 2012

Video Klip dengan iPhone

Banyak musisi yang menganggap video klip adalah salah satu alat promosi yang paling ampuh dan sekaligus yang paling mahal dalam pembuatannya. Paradigma ini memang semakin lama semakin luluh disebabkan makin murahnya alat-alat pendukung pembuatan video bermunculan di pasaran. Dengan sebuah kamera DSLR yang memiliki kemampuan membuat video saja bisa dihasilkan sebuah video yang cukup layak, bahkan yang ingin saya tunjukkan pada blogpost ini adalah sebuah video klip yang dibuat dengan mengandalkan smartphone iPhone.

Karya dari Georgius Ferry berupa video klip lagu "Kau, Selalu" dari Pongky Barata ini ia buat mengandalkan iPhone sebagai kamera utamanya, dan hasilnya cukup bisa diacungi jempol menurut saya. Dan dengan ini saya pikir para musisi tidak perlu berkecil hati dan merasa bahwa video klip itu butuh investasi besar. Jika Georgius bisa saya pikir semua juga akan bisa....Bagaimana menurut Anda?


Thanks buat mas Wilson Hidajat yang sudah berbagi

Senin, November 05, 2012

Jogja Hip Hop Foundation

Kita mengenal rapper-rapper kondang seperti Jay-Z, Kanye West dari Amerika Serikat ataupun Saykoji, Pandji Pragiwaksono ataupun JFlow yang berasal dari Indonesia, namun rapper-rapper yang tergabung pada Jogja Hip Hop Foundation menurut saya merupakan satu-satunya sampai saat blog ini ditulis yang berhasil secara berimbang mengombinasikan lagu-lagu rap karya mereka dengan musik tradisional Jawa.

Intel bersama Visibly Smart membuat sebuah dokumenter pendek tentang kumpulan Jogja Hip Hop Foundation yang didirikan oleh Marzuki Mohammad a.k.a Kill the DJ tahun 2003. Simak videonya di bawah ini:


Selasa, Oktober 30, 2012

Music Interpretation From Physics Equations

On January 14, 2011, Caltech hosted TEDxCaltech, an exciting one-day event to honor Richard Feynman, Nobel Laureate, Caltech physics professor, iconoclast, visionary, and all-around "curious character."

Lyle Mays and friends explore music based on physics equations, Feynman's speech patterns and more, using improvisation, algorithmic composition, live video mixing, and a custom designed linked laptop network.

Short brief about Lyle Mays:
Lyle Mays has been an integral part of the Pat Metheny Group since its inception in 1977, and has co-written much of the consistently engaging music for the multi-Grammy-winning group's albums. Lyle's sense of melody, crystal clear virtuosity and almost cinematic scope of orchestration has clearly distinguished the group's sound. Born into a musical family in Wausaukee, Wisconsin, in 1953, he was always encouraged to explore new forms of expression. As a teenager, Lyle attended jazz summer camps and studied with such talents as Rich Matteson and Marian McPartland. He then studied composition and arrangement at North Texas State University before touring with Woody Herman's Thundering Herd. While appearing at the 1975 Wichita Jazz Festival, Lyle met twenty-year-old guitarist Pat Metheny, and the two formed a musical alliance that has proven to be among the most artistically successful of the past three-plus decades.

source: TEDxTalks

Minggu, Oktober 28, 2012

The Orchestrion: One-Man-Orchestra Project

Mungkin Anda pernah mendengar istilah one-man-band yang artinya lebih kurang satu orang memainkan beberapa alat musik sekaligus untuk perform, namun pernahkah Anda mendengar istilah one-man-orchestra?

Berdasarkan pengalaman masa kecil bersama kakeknya, pemenang 19 kali Grammy Award 19, Pat Metheny membuat sebuah proyek yang dinamakan The Orchestrion Project, sebuah mini orkestra yang secara mekanikal dikontrol oleh jari-jarinya saat ia memainkan gitarnya (FYI, Pat Metheny adalah seorang gitaris).

Proyek inovasi ini membawa dimensi baru dalam hal bermain solo. Kolaborasi antara Pat sebagai gitaris utama dengan seluruh instrumen orkestra secara mekanikal (sendirian, tanpa musisi lain dan tanpa adanya unsur musik digital) menjadikan The Orchestrion Project ini salah satu pertunjukkan langka yang pernah disajikan.

Proyek musikal The Orchestrion Project ini juga dijadikan film layar lebar dengan menggamit sutradara pemenang Grammy dan Emmy Award, Pierre & François Lamoureux yang memilih tempat pembuatan keseluruhan film di bekas gereja St Elias Church di Greenpoint, Brooklyn pada November 2010. Filmnya sendiri sudah mulai ditayangkan pada tanggal 3 Oktober 2012.

Silahkan lihat video cuplikan dari penampilan Pat Metheny pada The Orchestrion Project beserta trailer panjangnya di bawah ini:



Kamis, Oktober 25, 2012

Why Music Industry Sucks Nowadays

Well, we all know music industry is dying, but we know there’s no way music will be die, it’s only the matter of shifting on this industry. Do you want to know what people on music industry think about it? Let’s find out on this video.

Senin, Juni 11, 2012

Ariel-Uki-Lukman-Reza-David - Suara Lainnya




Setelah kasus Ariel yang akhirnya menyeret sang vokalis band besar bernama Peterpan kedalam LP Kebon Waru di Bandung, praktis kegiatan Peterpan tak terdengar lagi. Diantara band-band pop yang akhirnya menciptakan mainstream baru, saya termasuk menyukai karya-karya dari teman-teman Peterpan ini, secara musikal dan lirikal tentunya. Oleh karena itu ketika saya mendengar akhirnya Musica memutuskan untuk merilis album dari band yang kini tidak bisa lagi menggunakan nama Peterpan ini saya langsung memburunya karena penasaran.

Saya sudah mendengar bahwa mereka akan membawakan karya-karya mereka mostly dalam instrumental kecuali dua lagi yang dibawakan oleh Momo Geisha (Cobalah Mengerti) dan Dara, lagu baru ciptaan Ariel yang tentunya vokalnya pun diisi oleh Ariel. Ekspektasi saya tentunya bisa mendapatkan orkestrasi megah  yang membalut jiwa setiap lagu-lagu mereka karena lagu-lagu dari Peterpan memang memiliki potensi untuk itu.Namun ternyata yang saya dapatkan pada album Suara Lainnya yang dibawakan oleh ex-Peterpan yg menyebut diri mereka dengan nama mereka masing-masing Ariel-Uki-Lukman-Reza-David justru lagu-lagu Peterpan bernuansa elevator music.

Bagi saya seharusnya bila sebuah lagu diaransemen ulang lalu ditambah dengen elemen orkestrasi seharusnya bisa lebih ekspresif, dan ekspresi-ekspresi ini yang tidak saya dapatkan. Reza, sang drummer bermain terlalu aman, padahal dalam beberapa lagu ia memiliki kesempatan untuk itu. Demikian juga Uki, eksplorasi gitarnya kurang lepas, padahal pada aransemen baru sudah selayaknya mereka menyampaikan sesuatu yang lebih segar.

Faktor lainnya lagi adalah tempelan-tempelan etnis dengan menyisipkan instrumen tradisional pada dua lagu (Sahabat & Di Belakangku) kalah kuat oleh keseluruhan instrumentasi dalam orkestrasi mereka, sehingga alih-alih memperkaya tapi instrumen-instrumen tersebut terasa "mengganggu".

Dua lagu yang ya lumayan lah untuk bisa dinikmati adalah Di Belakangku dengan catatan instrumen tradisionalnya sebaiknya dibuang saja karena tabrakan dengan tema orkestrasi ala gregorian nya dan satu lagi adalah lagu ciptaan Ariel pada saat masih di LP Kebon Waru yang berjudul Dara, jiwa Peterpan nya terasa muncul kembali, sound drumnya lebih raw.

Diluar lagu-lagu yang mereka bawakan, saya cukup salut dengan usaha mereka tetap mempertahankan keutuhan band mereka walaupun tidak bernama Peterpan dan tidak dihadiri oleh sang vokalis karismatik mereka. Mereka tetap  berusaha untuk berkarya. Ada band Inggris yang juga saya kagumi karena kekuatan kesetiakawanan mereka yang luar biasa, yaitu Def Leppard. Saya tidak berusaha membandingkan kedua band ini ya, tapi memang saya selalu salut dengan band yang bisa bertahan karena rasa kesetiakawanannya. Terlepas dari kualitas bermusik mereka tentunya :-)