Selasa, November 07, 2006

Janet Jackson - 20 Y.O.














Judul Album : 20 Y.O
Artis: Janet Jackson
Label: Virgin
Tahun: 2006
Produser: Janet Jackson, Jermaine Duprie, Jimmy Jam, Terry Lewis

Judul albumnya lumayan bikin penasaran,"20 Y.O." yang ternyata berarti 20 Years Old.Yang jelas ini bukan usia Janet Jackson yang telah memasuki usia 40 tahun.Tapi berarti 20 tahun perjalanan karir Janet Jackson di industri musik pop dunia.Namun kalau kita membolak-balik diskografi Janet Jackson hal itu juga nggak tepat.Karena Janet sendiri sebetulnya sebelum merilis album "Control" (1986) yang dipatok sebagai awal karirnya, telah merilis 2 album solo di A&M Record yaitu "Janet" (1982) dan "Dream Street" (1984).

Apakah karena kedua album tersebut gagal dipasaran,hingga membuat Janet memenggal perjalanan karir musiknya secara historik? Tapi sudahlah, yang jelas Janet Jackson tetap berupaya konsisten di album terbarunya ini. Dia masih merangkul orang-orang lama sebagai produsernya seperti Jermaine Duprie serta pasangan Jimmy Jam dan Terry Lewis. Musiknya pun tetap tak beranjak dari Urban Contempo R&B. Dan di album ini berseliweran banyak sampling hits yang disusupkan pada beberapa lagu. Ini adalah garapan dari Danny Zook.

Simaklah lagu "So Excited" yang menyusupkan sample hits dari Herbie Hancock "Rock It ! " (1984) dari era "breakdance".Atau lagu "Get It Out Me" yang menyelinapkan "Looking For The Perfect Beat" nya Afrika Bambaata. Tampaknya Janet Jackson seperti ingin menampilkan "highlight" perjalanan karirnya dalam format lagu-lagunya di album ini. Selain "urban R&B" yang kental, Janet pun masih tergelitik memainkan nafas rock (terutama dari riff gitar yang distorsif) seperti pada lagu "This Body" yang mengingatkan kita pada lagu "Black Cat" di album Rhythm Nation 1814 (1989) yang menampilkan gitaris rock Vernon Reid dari kelompok Living Colour. Dan jika anda ingin terbuai dengan corak ballada seperti "Let's Wait Awhile"."Again" atau "Comeback To Me",di album ini pun ada lagu sejenis itu yaitu "Take Care" dengan lirik yang romantis.

Makanya tak ada perubahan atau pergeseran yang berarti dari album-album Janet Jackson sebelumnya.

Dan Janet pun harus berupaya keras berdampingan dengan bintang-bintang R&B yang berderet panjang. Ada Beyonce, Alicia Keys, Christina Aguilera and many many more !

TRACK LIST

1.20 (intro)
2.So Excited
3.Show Me
4.Get It Out Me
5.Do It 2 Me
6.This Body
7.20,Pt 2 (Interlude)
8.With You
9.Call On Me
10.20,Pt 3 (Interlude)
11.Daybreak
12.Enjoy
13.20,pt 4 (interlude)
14.Take Care
15.Love 2 Love
16.20,pt 5 (outro)

DENNY SAKRIE
0818417357
http://musicalbox.jdfi.co.id/n

Scissor Sisters - Ta-Dah!














Judul Album: Ta-Dah!
Artis: Scissor Sisters
Label: Universal/Polydor
Tahun: 2006


Anda penggemar musik pop (disko) era 70-an hingga 80-an? Rasanya album ini patut anda simak . Grup berkarakter glam ini menampilkan atmosfer musik eklektik. Ada nuansa Elton John,Leo Sayer, ABBA, Paul McCartney, Roxy Music hingga Pink Floyd dalam sajian musik mereka. Bahkan Sir Elton John pun didapuk untuk berfeaturing pada dua lagu: "She's My Man" (ngingetin saya pada hit Elton John di paruh era 80-an "I'm Still Standing") dan " Land of Thousan Words") di album bertajuk aneh "Ta Dah ! " ini. Elton seolah berdampingan dengan sahabat lama ketika ikut berduet dengan Jake Shears yang memiliki kelenturan vokal. Simak saja bagaimana Shears berfalsetto ria dibeberapa lagu, membuat kita ingat Freddy Mercury, Bee Gees ataupun Philip Bailey dari Earth Wind & Fire atau Leo Sayer yang berfalsetto dalam lagu hit lawas "You Make Me Feel Like Dancing". Dan oops.......judul lagu Scissor Sisters "I Don't Feel Like Dancing" seperti plesetan dari hit Leo Sayer.

Shears memang dominan dalam Scissor Sisters, walaupun mereka masih memiliki seorang penyanyi wanita yaitu Anna Matronic. Anna sendiri punya peran menonjol pada lagu-lagu tertentu saja semisal dalam "Kiss You Off".

Jake Shears yang tergila-gila pada sosok mantan The Beatles Paul McCartney malah membuat lagu berjudul "Paul McCartney". Aura McCartney sengaja diciptakan oleh Shears di lagu tersebut dan wow..!!....lagu ini mengingatkan saya pada lagu "Goodnight Tonight" nya Paul McCartney yang bergaya disko di akhir era 70-an .

Menyimak keseluruhan album ini seperti menyatukan serpihan-serpihan trend atau kecenderungan musik di suatu masa. Apakah ini pertanda bahwa pemusik kiwari ini sudah kehilangan gairah menciptakan trend?


TRACK LIST

1.I Don’t Feel Like Dancing
2.She’s My Man
3.I Can’t Decide
4.Lights
5.Land Of A Thousand Word
6.Intermission
7.Kiss You Off
8.Ooh
9.Paul McCartney
10.Other Side
11.Might Tell You Tonight
12.Everybody Want The Same Thing
13.Transistor

DENNY SAKRIE
0818417357
http://musicalbox.jdfi.co.id/n

John Mayer - Continuum














Judul Album: Continuum
Artis: John Mayer
Label: Sony BMG
Tahun: 2006
Produser: John Mayer & Steve Jordan


Eric Clapton,Michael McDonald atau Steve Winwood kini punya "pesaing" baru yaitu : John Mayer. Tak berlebihan bila John Mayer berpredikat "blue eyed soul", terutama setelah menyimak album terbarunya "Continuum".

Album yang diproduseri John Mayer dan Steve Jordan ini merupakan "bentukan" dari eksperimentasi John Mayer pada album sebelumnya yang digarap dalam bentuk "live album" bertajuk "Try ! John Mayer Trio Live In Concert" (2005). Kesan utama setelah mendengar kiprah Mayer di album ini, bahwa Mayer telah mencapai undakan kematangan.

Bahwa John Mayer, mampu memberi "signature" baru dengan menyusupkan anasir blues dan soul dalam komposisi lagu-lagunya. Pengaruh-pengaruh dari pendahulunya yang berkulit hitam seperti Jimi Hendrix yang membaurkan "blues-rock" maupun Curtis Mayfield dengan koridor soul dan gospel sangat terasa dikeseluruhan isi album ini. Namun yang menarik John Mayer menampilkannya masih dengan semangat pop alias tidak terlalu kental atau kelothokan. Misalnya, bagaimana Mayer me-remake "Bold As Love" nya Jimi Hendrix dengan format "fifty-fifty" artinya lagu ini berada antara citra Jimi Hendrix dan John Mayer. Saya yakin kuping-kuping yang terbiasa dengan ramuan "easy listening" mampu menyimak lagu karya Jimi Hendrix dari album "Axis: Bold As Love" (1967).

Dan dengan dukungan berderet pemusik andal : Steve Jordan, Pino Palladino, Roy Hargrove, Larry Goldings, Ricky Peterson dan Willy Meeks, John Mayer sudah menduduki "kursi" yang selama ini diduduki Eric Clapton. Simaklah permainan solo gitarnya yang bluesy dalam lagu "Vultures" maupun "Gravity", dua lagu yang sebelumnya sudah ditampilkan dalam album "Try".

Ada pengaruh Steely Dan ketika menyimak "Vultures" (amboi Mayer melakukan falsetto yang perfecto disini !). Pengaruh Curtis Mayfield dengan soul/gospelnya juga terlacak pada komposisi bertajuk "Slow Dancing In Burning Room" yang juga menampilkan horn section ala Memphis Sound.

Catatan lainnya, Mayer menaruh perhatian kuat pada pola penulisan lirik yang menyeruak ke wilayah kritik sosial.

"We're never gonna win the world
We're never gonna stop the war
We're never gonna beat this if belief
Is what we're fightin' for "

Album ini adalah contoh terbaik untuk kematangan John Mayer dalam karir musiknya.

TRACK LIST

1.Waiting On The World to Change
2.I Don't Trust Myself (With Loving You)
3.Belief
4.Gravity
5.The Heart of Life
6.Vultures
7.Stop This Train
8.Slow Dancing In Burning Room
9.Bold As Love
10.Dreaming With Broken Heart
11.In Repair
12.I'm Gonna Find Another You

DENNY SAKRIE
0818417357
http://musicalbox.jdfi.co.id/n

Diana Krall - From This Moment














Judul Album : From This Moment
Artis : Diana Krall
Label : Verve
Tahun : 2006
Produser : Diana Krall

Pianis dan penyanyi berparas cantik Diana Krall muncul lagi dengan setumpuk lagu-lagu standar. Entah kenapa Krall yang sebetulnya memiliki potensi kuat sebagai komposer malah ikut-ikutan menyanyikan "Great American Song Book". Nggak salah sih sebetulnya, tetapi belakangan ini nyaris semua penyanyi baik pop maupun jazz, baik yang mature maupun nggak, pada rame-rame bikin album sejenis "Great American Song Book". Tetapi Krall toh tetap serius dalam penyajian musiknya yang berkisar dari atmosfer mellow hingga big band swing yang meriah. Lagu-lagu yang dinyanyikan Krall merupakan karya standar dari sederet komposer sohor seperti George Gershwin, Cole Porter,Antonio Carlos Jobim, Sammy Cahn hingga Irving Berlin. Dan Diana Krall pun didukung oleh sederet pemusik yang brilian misalnya Clayton Bersaudara yang mendukung orkestra. Orkestrasinya digarap dengan detil oleh David Blumberg dan Kim Richmond. Juga beberapa solois yang memberi nilai tersendiri pada beberapa lagu, misalnya tiupan trombone George Bohannon dalam lagu-lagu yang bertumpu pada minor key. Juga permainan trumpet yang impulsif dari Terrel Stafford. Diana Krall memang bisa disejajarkan atau bisa dianggap penerus dari penyanyi-penyanyi torch song seperti Peggy Lee dan Julie London (kebetulan keduanya berkulit putih seperti halnya Krall) yang menampilkan jazz secara pop dengan balutan balada yang romantis dan smooth. Keintiman album Krall ini memang bisa menyeruak di ruang kerja hingga ke kamar tidur. Dari suasana dinner hingga jelang mata terpejam di suasana tengah malam.

TRACK LIST
1.It Could Happen To You
2.Isn’t This A Lovely Day
3.How Insensitive
4.Exactly Like You
5.From This Moment
6.I was Doing Alright
7.Little Girl Blue
8.Day In, Day Out
9.Willow Weep For Me
10.Come Dance With Me
11.It Was A Beautiful Day In August / You Can Depend On Me

DENNY SAKRIE
O818417357
http://musicalbox.jdfi.co.id/n

The Adams - v2.05














Judul Album : v2.05
Artis : The Adams
Label : Aksara Records
Tahun : 2006
Produser : Ario Hendrawan & The Adams

Harmonisasi vokal berbaur dengan riff gitar yang crunchy dan tegas bahkan terkadang kadang menyilang ke solo minimoog yang imajinatif. Itulah kesan yang mencuat ketika menyimak album kedua kelompok The Adams ini. Sajian semacam ini memang mengingatkan kita pada gerakan "power pop" yang berkecambah di akhir era 60-an terutama jika kita menyimak komposisi The Beatles, Beach Boys bahkan The Byrds. Di Indonesia bisa kita telusuri lewat Koes Plus/Bersaudara atau pun Noor Bersaudara. Ditengah riuhnya, band-band berwarna seragam belakangan ini, The Adams terlihat memiliki keunikan. Apalagi saat ini, harmonisasi vokal agak sering diabaikan. The Adams melakukan "pecahan pecahan" nada yang membentuk harmoni melodius nan catchy. Harmoni vokal ini berasal dari semua personil the Adams tanpa terkecuali. Jadi kebayang betapa repotnya konsentrasi jika tampil di pentas pertunjukan. Disamping melodi yang catchy dan akurasi harmoni vokal, The Adams pun menoreh daya pikat dalam pola penulisan lagu yang lugas, ekspresif dan imajinatif. Persoalan simpel sehari-hari tak jarang diangkat menjadi tema lagu. Tak jarang pula mereka mengetengahkan idiom atau ungkapan-ungkapan yang pernah populer di dasawarsa silam. The Adams seolah memoles sesuatu yang vintage dalam konteks kekinian. Jadi tak hanya terjebak dalam romantisme nostalgia. Melainkan memberlakukan hal-hal vintage sebagai materi untuk berekspresi dalam bermusik. Sudah pasti ini bukan hal mudah.

Dalam lagu "Berwisata", kita mungkin tergelitik menyimak penyampaian The Adams secara a cappela. Dari segi historis, power pop memang pernah timbul tenggelam. Di era 70-an kita mendengar kiprah Badfinger dan The Raspberries. Dan di era 80-an ada Cheap Trick hingga The Knack. Lalu ada Teenage Fan Club hingga The Posies di era 90-an.Melihat fenomena ini, The Adams mestinya sudah membuat planning apabila sajian musik mereka ini berakhir dengan kulminasi.

Tetapi jika mengamati pergeseran antara album pertama dan keduanya, The Adams pasti mampu menyiasatinya. Yang jelas, lewat album ini, The Adams berhasil mencahar iklim industri musik yang sering berkonotasi epigonistik.

TRACK LIST

1.Pahlawan Lokal
2.Selamat Pagi Juwita
3.Halo Beni
4.Lega
5.15/8
6.Gelisah
7.Berwisata
8.Hanya Kau
9.Suara
10.Pijakkan
11.Pagi Siang Malam
12.Sendiri

DENNY SAKRIE
0818417357
http://musicalbox.jdfi.co.id/n

Thanks To : David Tarigan (Aksara Records), Meidy Ferialdi, Kristanto Gunawan (Aquarius Musikindo), Kunto & Mumu (Sony BMG), Adib Hidayat (Warner Music), Aldo Sianturi (Universal Music ) untuk CD-CD nya !

Muse - Black Holes and Revelation














Judul Album : Black Holes and Revelation
Artis : Muse
Label : Warner Music
Tahun : 2006
Produser : Rich Costley

Bila Coldplay terasa lebih "umum" atau Radiohead jadi kian "murung" , maka mungkin saatnya anda menyimak Muse, trio yang terdiri atas Matt Bellamy (gitar dan vokalis), Chris Wolstenholme (bass) dan Dominic Howard (drum). Grup Inggeris berbentuk trio ini jika kita simak keseluruhan materi musiknya, maka akan tertangkap kesan bahwasanya mereka ingin melepaskan kategorisasi dalam tatanan musiknya. Mereka main bebas, tanpa terbelenggu pada genre dan sejenisnya. Muse tak hanya grup kiwari yang merangkul pendengar muda, tapi juga mampu menggamit pendengar era "babyboomers". Bahkan sampul albumnya sendiri mengingatkan kita pada sampul-sampul album milik Pink Floyd yang menampilkan scene photographic. Dan ketika membolak-balik sleeve albumnya, ternyata yang melakukan pemotertan untuk sampul Muse adalah Storm Thorgenson, dedengkot biro grafis yang mendandani beberapa sampul album milik Pink Floyd seperti "Animal", "Wish You Were Here" maupun "The Final Cut".

Oke,balik ke album "Muse"............Secara jenial, Muse memanage arus bunyi-bunyian dengan seimbang, antara bunyi-bunyian sintesis serta tata orkestral yang nyaris "sakral". Berpadu dengan eksplorasi vokal yang lentur dari Matt Bellamy, menyeruak dari gumam ke falsetto. Sebuah penjelajajan wilayah vokal yang dikuntit dengan arransemen musik yang terkadang menyeruak ke ranah progresif. Simaklah ambience rock orkestral yang tata arransemennya dibuat oleh Mauro Pagani, personil grup rock progresif Italia Premiata Forneria Marconi (PFM). Pantas dicatat pula adalah qua penulisan lirik yang digarap oleh Bellamy yang memadukan absurditas dan realitas.
Simaklah salah satu kelugasannya dalam lagu "Soldiers Poem" :

How could you send us all far away from home
When you know damn, well that this all
I would still lay down my life for you
And do you think you deserve from freedom
No I don't think you do
There's no justice in the world
and there never was..........

Atau simaklah lirik "Knights of Cydonia" :


How can we wins when fools can be king?
Don't waste your time
Or time will waste you ?

Ke sebelas lagu di album ini memang merupakan karya dari Matthew Bellamy. Matthew Bellamy sendiri dalam Muse mungkin bisa disejajarkan dengan Roger Waters di Pink Floyd atau Thom Yorke di Radiohead. Walaupun asumsi ini memang rada gak fair, karena Rich Costley yang tampil sebagai produser adalah kontributor yang memiliki kontribusi pula dalam direksi musik Muse. Singkatnya, Muse di album ini telah melakukan langkah yang lebih matang. Lebih cool. Dan rasanya tak terlalu hiperbolik, jika saya menganggap album ini merupakan "jembatan" antara penyimak musik rock 70-an dengan musik rock sekarang terutama untuk lagu-lagu seperti "Supermassive Black Holes" maupun pada track penutupnya yaitu " Knights Of Cydonia".

TRACK LIST

1.Take A Bow
2.Starlight
3.Supermaasive Black Holes
4.Map of The Problematique
5.Soldier's Poem
6.Invincible
7.Assasin
8.Exo-Politics
9.City of Delusion
10.Hoodoo
11.Knights Of Cydonia

DENNY SAKRIE
0818417357
http://musicalbox.jdfi.co.id/n

Christina Aguilera - Back To Basics














Judul Album : Back To Basics
Artis : Christina Aguilera
Label : RCA/Sony BMG
Tahun : 2006
Produser : Christina Aguilera

Ini adalah sebuah album ganda dari Christina Aguilera yang memberikan nilai tersendiri terhadap karir musik Christina setelah 2 album sebelumnya.Yang jelas di album ketiga, yang juga diproduserinya, memperlihatkan kematangan dari Aguilera dan juga mengesankan bahwa wanita sexy ini bukan hanya sekedar sensasi dari "dirty pop" seperti yang diperlihatkan Britney Spears. Strategi musik yang dipedrlihatkan Aguilera mau gak mau membuat kita membanding-bandingkannya dengan Madonna yang cerdas "mengelola" kreasi album-albumnya. Dan, terbukti Madonna bertahan lebih dari dua dasawarsa dalam industri musik pop. Aguleira pun memiliki potensi yang sama seperti Madonna. Aguilera sadar dengan yang namanya "kulminasi" yang ujung-ujungnya membuat seorang artis bisa terjerembab ke undakan terbawah dengan sangat cepat.

Album yang berisikan 23 track ini memang lebih difokuskan pada kekuatan lagu dan teknik bernyanyi. Musiknya sendiri merupakan perpaduan antara atmosfer musik era Perang Dunia II dalam hal ini swing/big band dan sentuhan sofistikasi atmosfer modern. Album ini justeru mengingatkan saya pada album soundtrack film "Dick Tracy" (1990 ) milik Madonna yang memilih musik era swing untuk atmosfer film bertema gangster. Hampir disetiap lagu yang dinyanyikan Aguleira di album ini menampilkan sampling entah berupa riff atau ritme dari beberapa lagu-lagu yang pernah muncul di era terdahulu semisal "The Thrill Is Gone" nya BB King hingga Steve Winwood. Namun dipadu dengan live band, hingga berkesan natural dan tidak kaku. Sampling yang dilakukan Kobie Brown ini memang tidak berkesan "maksa",sangat mulus malah.

Di satu sisi, Aguilera ingin kembali menapak jejak pendahulunya seperti Billie Holiday, Etta James, Ella Fitzgerald atau Aretha Franklin, tapi ia tetap mempertahankan "signature" bernyanyinya yang kuat anasir kekiniannya. Aguleira memang berbeda dengan penyanyi seperti Michael Bubble, atau Rene Olstead yang berusaha untuk menjadi "manusia masa lalu". Aguleira ingin berada ditengah-tengahnya. Meskipun tak sedikit yang bakal terperanjat melihat album cover-nya yang didisain seperti album cover yang lazim ditemui pada era 40an dan 50-an.

TRACK LIST

1.Intro (Back To Basics)
2.Make Me Wanna Pray
3.Back In The Day
4.Ain't No Other Man
5.Understand
6.Showdown Baby
7.Oh Mother
8.F.U.S.S
9.On Our Way
10.Without You
11.Still Dirty
12..Here To Stay
13.Thanks
14.Enter The Circus
15.Welcome
16.Candy Man
17.Nasty Naughty Boy
18.I Got Trouble
19.Hurt
20.Mercy On Me
21.Save Me From Myself
22.The Right Man
23.Back To Basic

PS :Many Thanks to Kunto & Mumu (Sony BMG), Adib Hidayat (Warner Music ), Aldo Sianturi (Universal Music), Kristanto Gunawan (Aquarius Musikindo) atas kiriman CD-CD nya.

DENNY SAKRIE
0818417357

Robin McKelle - Introducing Robin McKelle













Judul Album : Introducing Robin McKelle
Artis : Robin McKelle
Label : Cheap Lullaby Records
Tahun : 2006
Producer : Willie Murillo

Jika Harry Connick Jr atau Michael Bubble mencoba menapaki jejak Frank Sinatra sebagai crooner, maka simaklah wanita cantik berkulit putih Robin McKelle yang melakukan hal serupa dengan Connick dan Bubble. McKelle mengikuti bayang-bayang Ella Fitzgerald, diva jazz yang berkibar sejak dasawarsa 40-an. Atmosfer jadul era Perang Dunia II terasa di sekujur album ini,tentunya dengan sajian swing dari sebuah big band yang didominasi stride piano dan brass section.

Repertoar lagu ini memang diambil dariAmerican Song Book 40-an. Dibuka dengan gaya swing "Something's Gotta Give", McKelle memang berupaya keras untuk menjadi crooner berkulit hitam. Walau jujur kita akui, ras kulit putih memang tidak bisa seekspresif kulit hitam. Namun Kelle tetap berupaya keras. Untungnya ia diiringi oleh sebuah big band yang diarahkan Willie Murillo seorang peniup trumpet yang mengaransir Brian Setzer Orchestra.

Kelle menguak lagu-lagu lawas seperti "Bei Mir Bist Du Schon" yang dipopulerkan The Andrew Sisters pada tahun 1938 dengan polesan ritme Latin seperti tango da salsa. Kelle pun bergeser ke pola hard-swingin' dengan hit "Yes, My Darling Daughter" yang ngetop di tahun 1940 ditenggorokan Dinah Shore. Juga nuansa lepas malam yang mencuat dari ballada abadi seperti "For All We Know" maupun" Come Rain or Come Shine". Tanpa dukungan musik dari big band yang kental nuansa retro-swingnya ini, niscaya keinginan Kelle untuk berjadul-ria tak mencapai hasil maksimal. Apalagi untuk mengejar obsesinya bermain jazz, McKelle ikut mengenyam pendidikan vokal pada Berklee College of Music dan ikut dalam "Thelonius Monk Vocal Jazz Competition" di Washington DC.

Dan menyimak Robin McKelle sepintas kita seolah dibuai Ella maupun Dinah dengan pengucapan yang santun.


TRACK LIST

1.Something's Gotta Give
2.Bei Mir Bist Du Schon
3.Night & Day
4.For All We Know
5.You Brought A New Kind Of Love*
6.Dream
7.Yes,My Darling Daughter
8.Deep In A Dream
9.I've Got The World On A String
10.Come Rain or Come Shine
11.The Lamp Is Low
12.On The Sunny Side Of The Street

DENNY SAKRIE
0818417357

Regina Spektor - Begin To Hope













Judul Album : Begin To Hope
Artis : Regina Spektor
Label : Sire/Warner
Tahun : 2006

Mungkin banyak yang belum ngeh dengan sosok penyanyi/komposer berdarah Rusia Yahudi Regina Spektor yang lekat dengan genre anti-folk. Anti folk ? Ini adalah genre yang berseberangan dengan konsep folknya Guthrie atau Dylan.Tapi perbedaannya, anti-folk lebih raw dan powerful (meski cuman menenteng gitar akustik. Minimalis sih). Mungkin karena gerakan ini banyak terinspirasi musik punk yang lugas dan tanpa tedeng aling-aling.

Di era 80-an, ada Michele Schocked,Billy Bragg atau Roger Manning yang sering ditahbiskan sebagai penggagas. Saat itu yang sering jadi hantaman protes adalah Ronald Reagan sang koboi dan Margaret Thatcher si wanita besi. Genre ini berlanjut di era 90-an lewat kerongkongan Ani Di Franco .

Nah,kembali ke Regina Spektor adalah salah satu aktivis anti folk dari New York. Musiknya lumayan eklektik dan juga sangat personal. Tahun 2001 Regina merilis album debut bertajuk "11:11" Eleven Eleven" dengan label dan kocek pribadi a.k.a indie label dan berlanjut dengan "Soviet Kitsch" (2004), namun album ini lalu dirilis ulang lagi oleh Sire/Warner yang merilis debut Spektor di major label "Begin To Hope" (2006).

Berubahkah direksi musik Spektor setelah digamit major label ?. Tidak juga, cuma mungkin agak lebih ditata. Itu kesan yang mudah bagi yang menyimaknya.

Coba simak gaya bertutur yang menyikut wilayah metaphora Regina Spektor dalam lagunya "On The Radio" yang agak friendly

On the radio we heard November Rain
That solo's really long
But it's pretty song
We listened to it twice
'Coz the DJ was asleep
This is how it works
You're young until you're not
You love until you
don't
You try until you can't
You laugh until you cry
You cry until you
laugh
And ev'ry one must breathe
til their dying breath

Saya merasa album "Begin To Hope" malah mendekati ranah Adult Contemporary. Lebih matang dan "terkendali". Ini jelas tersirat jika menyimak "Better". Malah tradisi singer/songwriter yang mencuat di era 60-an-70-an seperti yang ditorehkan Carole King, Carly Simon atau Joni Mitchell terasa kuat membayangi lau "Field Below".

Dan tanpa terduga tiba-tiba Spektor menyusupkan sepotong melodi era jadul "Just One Look" yang dibawakan Doris Payne dan juga dipopulerkan The Hollies pada lagu "Hotel Song". Tapi idiom surealisme pun membingkai dalam beberapa track, misalnya "Lady" yang memadukan denting piano, hembusan saxophone dan suara mesin ketik.

Mau denger permaianan piano penuh impres? Simaklah "Apres Moi" atau "20 Years of Snow". Spektor memang arsitek musik yang pantas distabilo-boskan.

Dan menyimak album ini, Spektor seolah baru saja mengikuti terapi "angry management"

TRACK LIST
1.Fidelity
2.Better
3.Samson
4.On The Radio
5.Field Below
6.Hotel Song
7.Apres Moi
8.20 Years of Snow
9.That Time
10.Edit
11.Lady
12.Summer In The City

DENNY SAKRIE
0818417357

Ari Lasso - Selalu Ada













Judul Album : Selalu Ada
Artis : Ari Lasso
Label : Aquarius Musikindo
Tahun : 2006

Tampaknya Ari Lasso ingin tampil maksimal di album solonya yang ke empat "Selalu Ada".
Bila dilihat credit pendukungnya mulai dari komposer, arranger dan musisinya, semuanya orang-orang pilihan. Paling nggak adalah nama-nama yang punya guarantee dalam industri musik kiwari. Ada Irvan Samson, Piyu Padi, Fadly Padi, Sandy hingga Opick di sisi komposer. Arrangernya mulai dari Addie MS hingga Erwin Gutawa.

Materinya memang gak terlalu bergeser dibanding ketiga album sebelumnya. Ari Lasso masih berkutat diseputar cinta, tapi ada juga yang berpijak di sisi religius. Tatanan musiknya kadang menyeruak dari perangai rock (sedikit ke Led Zeppelin,sedikit ke Def Leppard,dan agak ke Bryan Adams). Bahkan terkadang ada yang membuat generasi 80-an tersenyum menyimak aransemen yang ditata Erwin Gutawa mengingatkan musik Genesis era Phil Collins (simaklah sampling drum ala Phil Collins yang khas, ada di album ini).

Namun jika menatap sampul album "Selalu Ada" ini kok mengingatkan kita pada sampul album Paul Weller "As Is Now" (2005) . Juga kesamaan pada logo/font Ari Lasso dan judul albumnya.
Tak sengajakah ? Terinspirasikah ? Atau ???

TRACK LIST

1.Perjalanan Panjang
2.Cinta Terakhir
3.Tolonglah Aku (Kucinta Dia)
4.Seandainya
5.Tuhan Kau Tahu
6.Berakhir Indah
7.Belahan Jiwa
8.Kau
9.Sampai Kapan
10.Lirih

DENNY SAKRIE
0818417357

John Mayer Trio - Try! John Mayer Trio Live In Concert













Judul Album : Try ! John Mayer Trio Live In Concert
Artis : John Mayer Trio
Label : Columbia/Sony BMG
Tahun : 2005

Sudah lama penyanyi/gitaris John Mayer tidak merilis album baru. Beberapa waktu lalu Mayer sering jadi bintang tamu dalam sederet album dari para pemusik sepuh (terutama blues dan jazz) seperti Herbie Hancock, John Scofield, Eric Clapton, Buddy Guy hingga BB King. Sepertinya Mayer memang tengah mencharge wawasan musik dengan berchemistry dengan para pemusik yang sudah masuk kategori legend.

Dan ternyata hal itu mulai terasa dalam penyajian musik John Mayer terutama jika kita menyimak album terbarunya yang berformat live album "Try ! John Mayer Trio Live In Concert". Bersama 2 pemusik session andal Pino Paladino (bass) dan Steve Jordan (drum) John Mayer bermain dengan lepas, tanpa beban dan terasa lively. Atmosfer jamming memang menyeruak dalam tatanan musik trio ini. Groove dan feel menjadi prioritas utama trio yang saling mengisi ini. Mereka membentuk ruang yang diisi dengan penyajian musik yang sarat dialog. Meskipun tetap membawakan repertoar dari albumnya terdahulu "Heavier Thing" seperti "Daughter" maupun "Something Missing" yang dibawakan secara genial, namun Mayer lebih memiliki daya pikat ketika menafsirkan repertoar lawas milik Jimi Hendrix ("Wait Until Tomorrow") maupun Ray Charles ("I Got A Woman"). Bahkan spirit jamming itu lebih dipertegas dengan track seperti "Vultures", "Try !" hingga "Good Love Is On The Way" yang diracik bersama Steve Jordan dan Pino Palladino.

Lewat album ini,semakin yakin kita bahwa John Mayer bukanlah pemusik anak kemarin.

DENNY SAKRIE
0818417357

Sabtu, November 04, 2006

Balawan - Magic Fingers













Judul Album : MAGIC FINGERS
Artist : BALAWAN
Label : SONY BMG INDONESIA
Tahun : 2005

Mungkin banyak yang belum mengenal eksistensi I Wayan Balawan,gitaris asal Bali yang dikenal sebagai gitaris dengan menerapkan teknik bermain gitar "Touch Style",yaitu memainkan gitar dengan tidak memetik melainkan dengan touching.Juga dikenal dengan istilah "two handed tapping technique". Pionirnya adalah Jimmy Webster yang di tahun 1952 memperkenalkan teknik touch system ini dalam buku bertajuk "Touch System". Beberapa pionir lainnya antara lain Merle Travis dan Mark Laughlin. Touch System ini memungkinkan seorang gitaris bisa memainkan fungsi jemarinya dalam fret gitar dan bass secara simultan.

Touch Style ini kerap dimainkan dalam genre rock,jazz hingga funk.Pengembang teknik ini pun kian panjang seperti Stanley Jordan, Eddie Van Halen, Allan Holdsworth, Steve Vai, Michael Manring, Michael Hedges, termasuk I Wayan Balawan di Indonesia. Balawan mengkonsep musiknya sebagai etnik global fusion.Telah merilis beberapa album termasuk yang dirilis di Jerman. Semuanya secara independen.

Dipenghujung tahun 2005, tiba-tiba Balawan menyeruak dengan album "Magic Fingers" dari sebuah major labe Sony BMG yang sebelumnya juga pernah merilis album yang berkonotasi jazz semisal Budjana, Tohpati maupun Dwiki Dharmawan. Di album ini Balawan masih tetap kukuh dengan etnik fusionnya. Ia masih menyusupkan ambience musik Bali seperti lagu tradisional "Djanger". Namun yang mengagetkan,album ini bergeser memihak ke pasar pop terutama ketika Balawan pun tampil sebagai vokalis meremake lagu-lagu pop seperti "Semua Bisa Bilang" (Charles Hutagalung) yang dipopulerkan The Mercy's lalu sempat dijazz-kan oleh Margie Segers (diiringi Jack Lesmana Combo pada tahun 1975), juga "Arti Kehidupan" (Oddie Agam) yang populer ditangan Mus Mujiono atau "Sesaat Kau Hadir" (Boedi Bachtiar) yang dipopulerkan Utha Likumahuwa di akhir dekade 80-an. Tapi hal semacam ini toh bukan sesuatu yang ditabukan.Jack Lesmana dan Bubi Chen pun pernah melalukan hal semacam itu dipertengahan era 70-an. Uniknya,dalam setiap arransemen yang digarap Balawan selalu menyeruak warna khas Bali. Dalam berbagai frasa, Balawan dengan cerdik meracik bunyi-bunyian gitarnya dari yang clean hingga raw dengan distansi yang rapat. Beberapa radio pun sudah mulai "akrab" dengan Balawan lewat lagu "Semua Bisa Bilang".

Apa yang dilakukan Balawan memang mengingatkan saya pada album "Magic Touch" nya Stanley Jordan yang meremake hits Michael Jackson, The Beatles hingga Jimi Hendrix. Selamat datang di industri musik "pop", Balawan !. Tetapi upaya Balawan juga bakal "mendidik" konsumen musik pop untuk menyimak musik yang agak "bergizi". Itu aja.

DENNY SAKRIE
Rumah Musik Indonesia
0818417357